Kota Kupang, bagaikan bara api yang kian membakar. Suhu udaranya terus meningkat, menembus batas normal dan menghadirkan kekhawatiran. Fenomena ini bukan sekadar gerah biasa, melainkan sebuah pertanda serius yang perlu diwaspadai.
Data menunjukkan tren kenaikan suhu yang signifikan. Rata-rata suhu di Kupang kini mencapai 35 derajat Celcius, jauh di atas rata-rata nasional yang hanya 28 derajat Celcius. Suhu ekstrem ini tak jarang menembus 40 derajat Celcius, mengubah kota ini menjadi tungku raksasa yang membakar.
Dampak dari kenaikan suhu ini tak terelakkan. Kekeringan melanda, krisis air menghantui, dan kebakaran hutan menjadi ancaman nyata. Aktivitas masyarakat terhambat, kesehatan terancam, dan ekonomi pun terguncang.
Meteorologi dan Klimatologi (BMKG) telah angkat bicara. Berbagai faktor diidentifikasi sebagai penyebab, mulai dari El Nino, perubahan iklim global, hingga aktivitas manusia. BMKG tak tinggal diam, terus memantau situasi dan memberikan peringatan dini kepada masyarakat.
Namun, upaya BMKG tak cukup. Diperlukan aksi terukur dari berbagai pihak untuk mengatasi problematika ini. Pemerintah perlu mengambil langkah tegas dalam merumuskan kebijakan dan program adaptasi perubahan iklim.
Masyarakat pun tak boleh tinggal diam. Kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan perlu ditumbuhkan. Gaya hidup ramah lingkungan perlu diadopsi, mulai dari penggunaan energi yang bijak hingga reboisasi hutan yang gundul.