Lihat ke Halaman Asli

Tradisi Begalan Banyumas

Diperbarui: 13 September 2024   22:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://images.app.goo.gl/5nBmesAhz5f2ZGgFAambar

Tradisi Begalan berasal dari daerah Banyumas, Jawa Tengah. Tradisi ini dilakukan sebagai bagian dari perayaan tradisional dalam rangka memeriahkan pernikahan seseorang. Umumnya, acara Begalan ini hanya dilakukan apabila calon mempelai laki-laki merupakan anak sulung atau anak laki-laki pertama di keluarganya.

Kisah awal tradisi begalan itu seperti apa?

Begalan berasal dari kisah Adipati Wirasaba yang mempersunting putri dari Adipati Banyumas. Pada saat itu, seperti para pria pada umumnya Adipati Wirasaba bersama rombongannya membawa pernik-pernik yang diperlukan untuk pelaksanaan pada saat acara pernikahan tersebut. Di tengah perjalanan, rombongan tersebut bertemu dengan rampok atau begal yang hendak merampas barang-barang berharga yang dibawa rombongan tersebut. Pertarunganpun tidak bisa dihindari, dengan Adipati Wirasaba dan rombongan yang menjadi pemenang sehingga pernikahan tersebut dapat tetap berlangsung. Tempat pertarungan tersebut dikenal dengan nama Sokawera.

Kapan acara begalan dilaksanakan?

Tradisi begalan dilaksanakan setelah acara akad nikah atau pada saat resepsi di tempat calon pengantin perempuan dimana yang dinikahkan adalah anak pertama dengan anak pertama, anak terakhir dengan anak terakhir, anak pertama dengan anak terakhir, dan anak pertama yang perempuan.

Apa saja yang diperlukan?

Barang-barang yang dibawa pada saat acara begalan adalah alat-alat dapur yang disebut brenong kepang, antara lain iyan, pedhang wlira, cething, siwur, kukusan, ilir dll. Barang-barang tersebut memiliki simbol atau pesan tersendiri yaitu merupakan alat yang digunakan untuk acara ruwatan atau pada saat pembersihan diri antara lain:

Pikulan memiliki simbol keseimbangan peran antara pria dan wanita dalam kedudukan rumah tangga.

Iyan (tampah berbentuk segi empat) memiliki simbol apabila seseorang sudah masuk dalam suatu pernikahan makan diharapkan harus siap bersosialisasi dengan masyarakat dan lingkungan sekitar.

Pedhang Wlira memiliki simbol ketika seorang laki-laki berumah tangga harus siap melindungi keluarganya dari segala marabahaya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline