Lihat ke Halaman Asli

Syifa Ann

TERVERIFIKASI

Write read sleep

Tulisanmu: Jarimu, Pikiranmu, Mulutmu

Diperbarui: 26 Februari 2017   18:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi By @Shequates"][/caption]

Di era keterbukaan informasi seperti sekarang ini, dunia digital membuka ruang untuk siapa saja bisa eksis dan apa saja bisa dipoles. Di dunia digital, kamu bisa mengakses dan memproduksi konten dalam 10 menit dan membagikan konten dalam sekali tekan. Salah satu konten yang bisa diproduksi dan dibagikan di dunia digital adalah tulisan.

Menulis adalah Berkolaborasi dengan Diri Sendiri

Kita adalah tuan bagi diri kita sendiri, kata mutiara orang bijak mengatakan begitu. Dalam menulis pepatah ini benar! Seorang penulis adalah tuan bagi tulisannya sendiri, jika tema dalam sebuah tulisan bisa saja ditentukan dan dipengaruhi oleh banyak pihak, kepentingan dan alasan, tetapi kendali pertama tentang seperti apa gaya sebuah tulisan dan kata-kata apa yang dipilih untuk ditulis tetap ada pada penulisnya.

Tulisanmu adalah kolaborasi tiga hal dalam dirimu: Jarimu, pikiranmu dan mulutmu. Sederhananya, jari dan tanganmu akan menuliskan apa yang ada dalam pikiramu dan kata-kata yang terbentuk biasanya bersumber dari apa yang kamu ucapkan dari mulutmu sehari-hari, meskipun memang ada perbedaan antara bahasa lisan dan bahasa tulis, tapi tidak terlalu jauh kok, seperti jika ada orang yang terbiasa berkata kotor dan menggunakan nama binatang untuk menunjuk yang bukan hewan dalam ucapannya, nah ketika orang tersebut menulis, biasanya kata binatang dan umpatan itu akan ikut terbawa dalam tulisan. Ia tidak bisa mengontrol dirinya sendiri dalam kata sekalipun. Sehingga tulisan jadi serampangan dan menuai nista.

Hati-hati dengan orang jenis ini, karena untuk berkolaborasi dengan dirinya sendiri saja ia gagal. Lantas dengan apa akan mengisi pikiran pembaca? Dengan kata kotor dan umpatan? Pantaskah maukah? Sebisa mungkin, jangan jadi orang seperti ini. Menulis untuk dibaca khalayak tentu ada aturannya, berbeda dengan menulis buku harian pribadi dimana kita bebas menumpahkan apa saja. Hindari mempermalukan diri di depan khalayak, termasuk melalui tulisan.

Di dunia digital, kontenmu adalah jejakmu segala yang kamu unggah, tulis dan sebarkan akan kembali pada dirimu sendiri. Nah tulisan jenis apa yang kamu produksi dalam 10 menit? dan tulisan jenis apa yang kamu bagikan dalam sekali tekan akan menentukan reputasimu sendiri.

Dunia digital layaknya dinding terbuka untuk ditulisi dan diisi apa saja pilihannya ada pada masing-masing kita dinding itu mau sekedar dicoreti dengan garis tak teratur, atau dimural agar berseni dan tertata rapi?

Apa yang kamu tulis bisa jadi sayapmu atau membuatmu menukik tajam dan contohnya sudah terlalu banyak! Tulisamu layaknya merpati yang kamu lepas kepada pembaca, cepat atau lambat umpan dari tulisanmu akan menyuapi sesuatu ke mulutmu. Entah eskrim atau kerak hangus, semua tergantung jari, pikiran dan mulutmu. Menulis tanpa menjaga ketiga hal itu? Coba saja, maka seorang penulis hanya akan mendapat malu.

[caption caption="Yuk nulis! (DOK PRIBADI)"]

[/caption]

Usahakan berkolaborasi dengan diri sendiri, tulis dan pilih kata-kata yang baik, sekalipun sedang mengkritik. Karena kritik dan caci maki tak pernah sama!

#AyoNulis,
Salam Kreatif!

 

 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline