Dahayu,
Hari-hari mendatang adalah saat bibir mungilmu kembali tersenyum di tengah canda Ayah, Ibu, Bibi dan semua yang menyayangimu, akan ada waktunya kamu bisa menyahut "HAP!" lagi ketika Ibumu bernyanyi cicak di dinding dan sampai pada bagian nyamuk.
Begitu pun akan ada suatu hari ketika kamu dan keluargamu berlibur (lagi) ke pantai, kamu bisa menjejak tepi pantai dengan kakimu yang mungil, membuat istana pasir bersama Ayah, main tangkap bola bersama Bibi, atau sekedar mendengarkan dongeng Ibumu di pantai yang berpasir itu, nanti akan ada air yang menjenguk pasir dengan debur riangnya, namanya ombak.
Dahayu,
Kelak kamu akan tahu, ombak bisa mendongeng sepanjang malam, seperti Ibumu jika saja kamu minta.
Day, Ibunya ombak namanya laut, ia sayang pada ombak, laut memeluk ombak tapi tidak terlalu erat dia akan melepas ombak menjenguk pantai dan pasir pada waktunya, agar apa? Supaya ombak bisa mandiri tapi tak lupa pulang.
Dahayu,
Seperti juga laut pada ombak, kelak orangtuamu juga akan melepasmu ke hamparan dunia, kamu bisa mendaki gunung, menyusuri kota, keluar masuk desa atau sekedar.. Mengeja cinta lewat samurai kata, apa pun itu, Ibumu akan tetap jadi laut, di sana, terbentang seluas-luasnya cinta untukmu.
Sementara Ayahmu, dia akan jadi karang, dia menguatkan laut dan menahan gempur ombak, bukan.. Bukan karang yang keras, tapi tegas.
Ya Day, akan ada saatnya sesekali kamu merengek dan merajuk dalam beberapa fase hidup,tapi sekuat apa pun kamu merajuk, cinta Ayah dan Ibumu akan tetap untukmu utuh, seluruh. Sampai nanti kamu dewasa, menua dan selamanya.
Sesekali mereka akan bersikap tegas, mungkin tidak semua yang kamu ingin akan diberi, tapi dari ketegasan itu, kamu bisa belajar. Ya Sayang, semua orang bisa dan memang harus terus belajar, Day juga akan jadi pembelajar yang rajin nantinya.