Lihat ke Halaman Asli

Syifa Ann

TERVERIFIKASI

Write read sleep

[10 Tahun Lumpur Panas] Bencana Lumpur Lapindo dalam Catatan Kompasianer

Diperbarui: 29 Mei 2016   12:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Area yang terkena dampak lumpur Lapindo di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, terlihat dari udara, Kamis (5/3/2015). (KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO)

29 Mei 2006, lumpur panas menyembur dari lokasi pengeboran PT Lapindo Brantas Inc. di Dusun Balongnongo Desa Renokenongo, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo. Semburan Lumpur ini menggenangi banyak Kecamatan di Sidoarjo juga melumpuhkan pemukiman, aktivitas perindustrian dan perekonomian khususnya di Sidoarjo dan di Jawa Timur secara umum.

Banyak orang kehilangan mata pencaharian, banyak warga Sidoardjo yang terpaksa diungsikan. Bencana itu bak lumpur hisap yang merenggut kehidupan dan harapan bagi para korban.

Kini, 29 Mei 2016. Lumpur laknat itu genap satu dasawarsa. Sepuluh tahun sudah luka menganga, sepuluh tahun sudah lumpur itu mengeja banyak cerita kebanyakan pilu.

Lumpur Lapindo satu dasawarsa, apa yang tersisa? Banyak kisah dan kesan terekam dalam tulisan. Inilah bencana lumpur Lapindo dalam catatan dan ingatan Kompasianer.

1. Catatan Lumpur dan Buku Potret Lumpur Lapindo Sidoarjo

Kompasianer Agung Prasetyo pertama kali mengetahui adanya bencana Lumpur Lapindo dari berita di koran dan televisi pada 2006. Hingga beberapa tahun kemudian Agung berkesempatan mengunjugi sendiri lokasi bencana tersebut. 

Agung terpana, lumpur itu telah merendam lebih banyak desa, mengantarkan lebih banyak kehidupan menuju titik nadir. Banyak warga yang terlihat pasrah kehidupannya berubah setelah lumpur bertamu ke desa mereka.

Salah seorang korban terdampak lumpur Lapindo yang ditemui Agung bernama Khoirul Anam, ia bercerita bahwa bawah genangan lumpur ini banyak "harta terpendam" seperti motor dan lainnya.

Agung Sedikit heran mendengarnya:

"Motor? atau mungkin memang tidak sempat terangkut atau terbawakah? Karena alat transportasi ini cukup baik pula bila digunakan untuk mobilisasi atau mengangkut barang-barang ke tempat tujuan baru. Yang pasti, ada dorongan untuk mencari uang dengan jalan menarik uang parkir, ojek berkeliling dengan tarif tertentu." Pikir Agung.

Bencana lumpur Lapindo telah membawa duka bagi banyak orang, bagi Agung, wisata lumpur adalah wisata kesedihan. Dalam artikel dengan cerita apik ini, Agung membiarkan jepretan foto lebih banyak berbicara. Perpaduan kata, data dan gambar yang menawan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline