Lihat ke Halaman Asli

Syifa Ann

TERVERIFIKASI

Write read sleep

Puisi: Mencerita Kota Berbau Kopi, Bersusun Puisi

Diperbarui: 20 Januari 2016   17:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi - kota kelam (kfk.kompas.com/Urianto Wu)"][/caption]1: 

Di kota tua yang jauh, dingin  
Di mana gelap lekas datang... 
Ada namaku di salah satu sudut kota itu 

Di kota itu... 
Hujan berwarna lain 
Seseorang berjalan menangis  
Membawa beragam warna dari air matanya 

Membungkusnya dalam temaram 
Sepercik kelam yang bukan malam 

Kota adalah banjir
Rumah-rumah berdesakan
Gedung-gedung ditinggikan
Jalan air tak terpikir

Di kota itu
Udara menyusutkan diri
Seperti racun
Membuat mata rabun

Di tepi Kota itu, di sana
Ornamen sajak tersusun
Bersama senja merah
Membenam dalam tabah
Untuk kembali merekah
Esok selepas siang lelah

Semesta pun tau siapa aku:
Rembulan pucat yang bersandar di bayang lidah mentari:
Terseok menapaki malam
Beradu terang dengan bintang pari

2:
Kopi adalah ranting Tuhan
Tempat di mana mimpi mulai berbuah perlahan
Sunyi ini adalah dingin
Menghirup kopi hangat yang mulai kehilangan aroma

Di punggung wanita yang sedang menikmati kopi
Ada puisi paling sedih yang dibaca oleh sepi
Sungguh melankolisnya tersaji

Rasa pahit tercecer mencari tempatnya sendiri
Sementara jemari menari
Mengabadikan sebuah nama ke dalam puisi
Mengemas cemas sebelum pukul tiga pagi

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline