Kompasiana sebagai salah satu media warga terbesar di Indonesia sebentar lagi akan jelang 7 tahun usianya, Kompasiana adalah media warga dengan platform tegas: Menulis! Seperti dikatakan Pepih Nugraha dalam Bukunya.[1]
Kompasiana hingga September 2015 tercatat memiliki lebih dari 200.000 orang anggota wah banyak ya? Wah apa sih yang bikin orang candu sama rumah Kriko ini? Di Kompasiana Baca, tulis lalu apa?
- Tambah Ilmu
Wah ilmu apa sih yang didapat dari kompasiana?
Memangnya kompasiana buka sekolahan?
Lah-lah ilmu gak cuma didapat di sekolahan. Di manapun bisa jadi tempat cari ilmu kalau kita peka dan memang mau belajar.
Banyak ilmu yang bisa dipelajari di etalase warga biasa ini misalnya; Gimana cara nulis yang baik itu ilmu, gimana cara olah kata supaya jadi puitis nan manis itu ilmu, gimana cara memoles konten tulisan supaya punya nilai jual sehingga layak dibukukan atau menang lomba itu juga ilmu, semuanya dipelajari dalam sebuah proses yang tak pernah habis karena kehidupan warga itu dinamis. Apapun disekitar kita tidak ada yang berhenti pada satu titik. Termasuk menulis. Penulis yang baik adalah dia yang tidak puas dengan satu pencapaian saja, makanya ilmu menulis itu selalu dinamis dan proses belajar nya gak pernah habis. Karena kalau kita berhenti belajar, tulisan kita juga akan berhenti bekembang.
Kompasiana yang sejak dibuka menjadi media warga[2]- setiap hari kebanjiran beragam konten tulisan dapat menjadi wadah bagi Kompasianer untuk merefleksi kemampuan menulis kita sudah sampai mana, meskipun di Kompasiana ini tidak ada yang secara spesifik ditasbihkan sebagai mentor dalam menulis, tapi belajar menulis dari satu sama lain tidak ada salahnya, bahkan di Kompasiana, kamu bisa juga jadi mentor dari tulisanmu sendiri. Nah itu ilmu kan?
Salah satu ilmu esensial yang dapat dipelajari dan melekat pada Kompasiana selama 7 tahun usianya adalah kesederhanaan: di Kompasiana semua orang diposisikan sebagai warga biasa, ya sebagai warga biasa harus sederhana, tak usah menye-menye yang penting menulis dengan karya sendiri dan tanpa unsur menghina SARA itu saja!
Tidak ada penulis hebat di Kompasiana, yang ada adalah mereka yang lewat tulisannya tak henti berbagi dan akhirnya menginspirasi sesama. Itu hebatnya Kompasiana: karena ada gerak anggotanya.
- Perkaya Sudut Pandang
Di Kompasiana, Kompasianer dibiasakan memandang suatu kejadian dengan multidimensional. Di Kompasiana, suatu topik yang sama bisa dibahas dengan beragam perpektif berbeda sehingga sudut pandang penulis, pembaca dan satu-sama lainnya jadi lebih kaya dan terbuka sesekali ada debat antar sesama kompasianer, kadang menggerahkan, tapi begitulah dinamika. Tak apa-apa jika sesekali pendapat berbeda, karena dalam memandang suatu hal tidak ada sudut pandang yang sepenuhnya benar, juga tak ada yang sepenuhnya salah. Karena itu multi sudut pandang diperlukan untuk merespon dinamika multikultural yang semakin kompleks. Dan kompasiana dapat menjadi wadah untuk membuat perpektif semakin kaya.