Lihat ke Halaman Asli

Syifa Chairunnisa

Wanita awal 20-an yang ingin belajar menulis dan hal-hal baru serta mampu menyajikan konten kreatif

Menilik Lebih Jauh Sudut Stasiun Bogor

Diperbarui: 17 Desember 2021   06:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

*Kakek Penjual Jasa Timbang Berat Badan*(Sumber: Syifa Ulya Chairunnisa)

Lelaki dengan penampilan rambut putih yang memenuhi kepala, kumis dan alis. Juga kerutan di hampir seluruh wajahnya serta gigi yang tertinggal sedikit ini menjajakan jasa timbang berat badan di salah satu sudut Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) Stasiun Bogor.

SYIFA ULYA CHAIRUNNISA, Bogor.

Abah Tohir yang ditemui pada Jum'at, (28/05/21) ini menyambut dengan senyuman dari kejauhan. Siapa sangka, lelaki yang telah memasuki usia lansia ini fisiknya terlihat lebih muda dari umur sebenarnya.

Mungkin karena gaya berpakaian Abah Tohir yang sedikit nyentrik dengan syal merah polkadot mengelilingi lehernya, jam tangan di lengan kiri dan batu akik di jari kanan lengkap dengan topi yang menghiasi kepala ia terlihat lebih muda. "Abah sekarang umur 87 neng, lahir tahun 33", ungkap Abah Tohir.

Bermodalkan satu alat timbang berat badan disertai tulisan "Mari timbang badan Rp 3.000" menjadi usaha jasa yang unik di tengah masyarakat kini. Jangan salah, tarif jasa timbang berat badan seharga Rp 3.000 itu mampu menghidupkan kelima anak dan satu cucunya bernama Ica yang masih tinggal serumah dengan Abah Tohir.

"Punya anak 5 tinggal sama abah ada juga cucu kadang dibawa kesini neng nemenin namanya Ica kelas 5 SD kasian ditinggal ibunya, abah sedih", tambah Abah Tohir sambil menyeka air matanya perlahan.

Abah Tohir yang tinggal di Desa Ciampea Kabupaten Bogor itu mengaku baru menginjak 5 tahun menjual jasa timbang berat badan. Saat masih muda dulu, ia bekerja di salah satu bank daerah Jakarta Pusat. Dengan suatu alasan, Abah harus keluar dari tempat bekerjanya. Sempat lama juga berjualan es kelapa yang laku disukai orang, namun usaha Abah berhenti

Di sudut JPO yang beralaskan semen dengan luas kurang dari 2 meter itulah Abah Tohir menghabiskan hari-harinya. Ia mengaku senang membuka jasa timbang berat badan disini karena bisa ngobrol bersama teman sesama pedagang juga pelanggan yang datang.

"Senengan gini neng Abah bisa ketemu temen kalo dirumah pusing, istri juga kan udah gaada", jelasnya dengan tatapan sedih namun tetap mengembangkan senyumnya ramah.

Kegigihan dan semangat Abah Tohir mampu menjadi teladan bagi anak muda zaman sekarang. Lelaki kelahiran 1933 itu mengadu nasibnya dari sebelum fajar menyingsing.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline