Lihat ke Halaman Asli

Syekh Muchammad Arif

Menawarkan Wacana dan Gagasan Segar sertaUniversal

Muhasabah dan Permenungan Menyambut Ramadan (Bagian Terakhir dari Dua Tulisan)

Diperbarui: 17 April 2020   17:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://photokade.com

Obsesi tertinggi salikin (para pejalan cinta Ilahi) adalah fath abwaba tauhid wa nur (terbukanya pintu-pintu tauhid dan cahaya). Sebab, bulan Ramadan adalah bulan dhiyafatillah (perjamuan Ilahi).

Biasanya kalo seseorang diundang pesta mewah di malam hari, tentu siangnya ia berusaha tidak makan terlalu kenyang atau bahkan sama sekali tidak makan supaya benar-benar siap saat menyambut perjamuan. Tidak mungkin atau mustahil orang yang hadir dalam perjamuan Ilahi tidak mendapatkan kado/hadiah-Nya. Dan kado yang ditunggu-tunggu adalah makrifat tauhid dan cahaya.

Saya akan jabarkan sedikit yang dimaksud kado yang berupa makrifat tauhid dan cahaya tersebut. Makrifat tauhid adalah pengetahuan yang "mahal" dan tidak diberikan kepada sembarangan orang. Makrifat ini diperoleh dengan ta'arrudh (pemancingan di alam langit, baca artikel saya sebelumnya yang berjudul: Malam Nishfu Syakban, Malam Pemancingan). Ciri tauhid yang benar adalah mahabbah (cinta). Dengan kata lain, tauhid melahirkan mahabbah, bukan bughd (benci). Sebab, makna tauhid adalah memandang apapun dan siapapun sebagai satu, yaitu tajalli (manifestasi) asma, sifat dan af'al (perbuatan) al-Haqq (Allah).

Ketika muwahhid (orang yang bertauhid) memandang segala sesuatu sebagai dzhilalillah (naungan Allah) maka ia akan berdamai dengan apapun dan siapapun. Semakin tingggi tauhid seseorang maka cintanya semakin meluber, utamanya terhadap manusia yang merupakan khalifatullah di muka bumi, bukan malah mengganggu atau menyakiti insan. Dengan kata lain, muwahhid menebarkan pesan cinta dan perdamaian, bukan mengumbar pesan benci dan permusuhan.

Sayangnya, banyak orang yang berpuasa tidak mendapatkan apapun selain menahan rasa dahaga dan lapar. Inilah kerugian yang nyata yang tersirat dalam ayat: Mereka berkata: Sesungguhnya kita benar-benar orang-orang yang sesat (jalan), bahkan kita dihalangi (dari memperoleh hasilnya). (QS. Al Qalam: 26-27).

Ya, mayoritas orang terhalang untuk mendapatkan "ma'dabatullah" (jamuan Ilahi/nikmatnya duduk di meja makan Ilahi).  Adapun mahrum (terhalang) dari mendapatkan kekayaan duniawi itu tidak terlalu penting. Kepemilikan harta dan aset yang berlimpa bukan pertanda bahwa seseorang disayang oleh Tuhan, bahkan terkadang itu menjadi---baik disadari atau tidak---semacam "jebakan Batman" yang menjerumuskannya ke lubang sumur Hawiyah wa ma adraka ma hiyah?! Tahukan Anda apa sumur Hawiyah itu? Narun Hamiyah! Api (baca: dosa) dunia yang memanggang pelakunya.

Sungguh perkelahian saudara versus saudara; orangtua lawan anak; duel tidak berimbang antara suami dan istri; tawuran antara geng; perebutan kekuasaan antara pejabat dan pejabat lainnya adalah tipikal perkelahian Jahanam dan miniatur percekcokan Neraka. Inilah yang diisyaratkan dalam ayat: Sungguh, yang demikian benar-benar terjadi, (yaitu) pertengkaran di antara penghuni neraka. (QS.Shad: 64).

Ya, Idul Fitri adalah ajang pemberian amnesti umum. Allah mengobral maghfirah dan rahmat-Nya yang tak terhingga kepada hamba-hamba-Nya sehingga hanya hati yang "keras" dan "beku" serta orang yang keterlaluan (melampaui batas) yang gagal mendapatkan percikan kasih dan maaf-Nya di hari yang fitri tersebut.

Kiat-Kiat Untuk Mendapatkan Kado Ilahi

Untuk memperoleh kado Ilahi, kita perlu melakukan muraqabah syadidah (kewaspadaan ekstra). Tahapan rendahnya menahan mulut dari mengkonsumsi makanan dan minuman sejak subuh hingga maghrib. Jenjang berikutnya menjaga anggota badan dari mencicipi dan melakukan dosa. Level selanjutnya, muraqabah khayal (pikiran dan lamunannya harus "imsak" (baca: ditahan) dari melamunkan dan membayangkan dosa atau kejahatan. Kemudian tangga yang lebih tinggi daripada semua yang tersebut adalah muraqabah qalb (menjaga hati supaya jangan sampai diisi dan direbut oleh selain Allah).
Hati adalah tempat ruang/privasi Allah ar-Rahman ar Rahim.

Tentu tahapan ini sangat tidak mudah alias super sulit, tapi paling tidak jenjang pertama dan kedua sampai ketiga tentu bisa kita raih. Jenjang pertama sangat mudah, karena yang penting mulut tidak dengan sengaja kemasukan makanan atau minuman dari Subuh sampai Magrib syar'i. Jenjang kedua menjaga lisan supaya tidak menggunjing, berbohong dan memfitnah serta anggota badan yang lain dari aktifitas dosa. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline