Lihat ke Halaman Asli

Konflik Suriah Bukan Perang Jihad, Berharap Mati Syahid Malah Mati Sangit

Diperbarui: 24 Juni 2015   08:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Konflik di Suriah itu tidak ada kaitannya dengan perang syahid, yang sering di propagandakan komunitas yang menamakan diri Salafi. Namun perang antara dua kelompok untuk perebutkan kekuasaan, yakni kelompok pemerintah Sekuler Suriah dan pemberontak beraliran Wahabi.


Kelompok pemerintah Suriah di dukung oleh Iran, militan Hizbullah, Rusia dan China.


Sedangkan pasukan pemberontak (oposisi) di backup oleh Amerika, Inggris, Saudi, Qatar dan Bahrain.


Di Indonesia, kaum Salafi amat bersemangat menjadikan konflik berdarah Suriah sebagai ajakan agar umat Islam di Indonesia membenci kaum Syiah dengan menebar isu bahwa disana terjadi perang Sunni vs agama Syiah, sehingga membakar semangat jihad (agar umat Islam menjadi relawan dan pasukan jihad).


Lalu kenapa membawa isu Syiah jika Suriah berideologi Sekuler?


Dikarenakan Bassad Al-Ashar seorang Syiah dan berasal dari keluarga Syiah. Dengan modal itulah para Salafi Wahabi menjadikan isu ini sebagai perang agama. Padahal partai yang Bashar pimpin merupakan partai sekuler cenderung komunis, yakni Bath.


Dimana ada usaha pasti ada hasil, ternyata ada juga yang termakan propaganda kelompok salafi (wahabi) dengan jadi relawan dan "mujahid". Kemarin syekh baca disebuah situs berita, ada lima warga negara Indonesia yang menjadi mujahid menjadi korban disana.


Sungguh menyedihkan, 5 orang tersebut hanya termakan hasutan para salafi wahabi, yang memang butuh dukungan umat Islam agar membenci pemerintah Suriah. Dengan banyaknya warga Indonesia terbunuh maka akan semakin besar kebencian mereka terhadap pemerintah Suriah.


Yang terjadi di Suriah bukanlah perang Jihad, namun kepentingan-kepentingan asing yang ingin menguasai negara kaya minyak itu.


Amerika, Inggris, Saudi, Qatar, etc sudah lama tergiur ingin menguasainya sekaligus mengkebiri jalur perdagangan dan pasokan minyak kepada Rusia dan China.


Disaat yang sama China dan Rusia ingin mempertahankan eksistensinya di negara Suriah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline