Lihat ke Halaman Asli

Timnas U-23, di Antara Sikap Heroik dan Diremehkan

Diperbarui: 24 Juni 2015   03:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Semangat juang nan heroik yang dipertontonkan timnas U-23 kita tadi malam sungguh membuat saya terharu.Bermain dibawah tekanan puluhan ribu penonton yang memadati stadion sama sekali tidak membuat mental para punggawa Garuda Muda mencair, bahkan sejak menit awal mereka bermain dengan penuh determinasi tinggi.Terlihat kerap kali pemain kita harus jatuh bangun dalam perebutan bola dengan tim lawan yang terlihat lebih unggul dari segi postur.Namun tak sekalipun saya melihat pancaran sinar menyerah dari mata-mata para pemain Indonesia.Kilatan mata-mata itu mengingatkan saya kepada sekumpulan prajurit-prajurit yang siap untuk bertempur dimedan laga.Tak hanya mata, kaki kepala dan badan semua bergerak tanpa henti,semua selalu berusaha untuk merebut bola yang hilang dari kaki.Tidak ada satupun pemain yang terlihat bermain santai, semua berjuang mati-matian untuk satu kata : INDONESIA BISA.Ngeri sekaligus bangga.

Menit ke menit teriakan dan cemoohan suporter Myanmar semakin membahana di seantero stadion, cukup memekakkan telinga para pemain sekaligus mampu menciutkan nyali yg mudah ciut.Sayup-sayup memang terdengar teriakan yel-yel Indonesia dari suporter Garuda yang coba menyemangati tim Indonesia, namun karena kalah jumlah akhirnya tertelan mentah-mentah oleh riuh bising suporter Myanmar.Tapi bukan Tim Garuda namanya yang mampu kalah dengan mudah akibat intimidasi.Faktanya dibawah situasi sulit nan tegang seperti itu justru Indonesia mampu unggul terlebih dahulu lewat gol semata wayang Alfin.T dari titik penalti.Untuk sepersekian detik terbungkamlah mulut-mulut para suporter Myanmar, seakan tak percaya tim yang beberapa hari lalu mereka remehkan ternyata kini mampu mengoyak-ngoyak asa mereka.Sakit semakin sakit semua ini terjadi didepan mata mereka sendiri.Gol yang  sangat berarti bagi Indonesia, dengan satu gol itu cukup menghantarkan tim ini ke babak semifinal.

Ada satu moment yang menarik dan menyita perhatian saya ketika Alfin usai berhasil mengeksekusi pinalti.Setelah berhasil mencetak gol tersebut Alfin berlari bersama para pemain yang lain ke pinggir lapangan bermaksud untuk merayakan gol tersebut dengan cara menari-nari.Tak lama berselang Ramdani Lestaluhu datang menghampiri teman-temannya tersebut seraya mengingatkan untuk melakukan sujud syukur.Serentak semua pemain yang tadinya menari-nari seketika lalu menyungkurkan wajahnya ketanah bersyukur atas karunia Tuhan ini.Bagi saya pemandangan ini cukup mengharukan.Ini bukti bahwa tim ini mempunyai sifat rendah hati, tidak ingin sombong atau bangga terhadap diri sendiri atas apa yang diperolehnya.Ramdani telah mengajarkan kepada rekan-rekannya untuk selalu ingat diatas kehebatan pasti ada kehebatan-Nya.

Myanmar akhirnya harus mengakui keunggulan Indonesia, mimpi mereka untuk meraih medali emas pertama kalinya kini harus dikubur sementara.Tersingkir oleh tim yang mereka remehkan memang sangat menyakitkan.Inilah buah kesombongan dari sebuah pendukung sepakbola.Kita ingat bagaimana cemoohan dan sindiran mereka terhadap Indonesia tatkala melawan Kamboja timnas kita hanya mampu menang satu gol, sementara mereka mampu menghempaskan Kamboja dengan akor 3-0.Saat itu media-media Myanmar serempak untuk menyindir dan mencemooh penampilan timnas Indonesia.Sebagai warga negara Indonesia sekaligus pendukung Tim Garuda saat itu saya merasa kesal dan sakit hati atas cemoohan tersebut.Tapi syukurlah akhirnya kekesalan tersebut terbayar sudah, publik Myanmar dan media-media nya harus membayar mahal atas kesombongan mereka.Jelas ini pelajaran berarti bagi kita semua.Siapapun lawan yang kita hadapi pantanglah bagi kita untuk meremehkannya.

Penutup,memang benar jika dikatakan sepakbola berkaitan erat dengan aspek teknis dan skill para pemain untuk memenangkan pertandingan dilapangan,dan semua itu bisa dihitung diatas kertas.Akan tetapi lebih dari itu ada nilai-nilai yang tak terjabar yang berperan tak kalah pentingnya untuk memenangkan sebuah pertandingan sepakbola.Cukuplah bagi kita untuk membuka lembaran-lembaran sejarah sepakbola masa lalu untuk bisa mengerti persoalan ini.Berapa banyak keajaiban dan mukjizat untuk sebuah tim non unggulan dalam sebuah pertandingan sepakbola. Oleh karena itu kita jangan pernah memadamkan api asa dan optimisme kita sendiri.Bukankah dengan bersikap pesimis justru kita telah melecehkan tim kita sendiri.Tentunya ada perbedaan yang nyata antara sikap pesimis dengan kritikan.Jika memang kita tidak mampu menghadirkan sikap optimis dalam hati-hati kita maka ada baiknya kita diam dan mengunci rapat-rapat mulut kita untuk tidak berkomentar sinis terhadap tim ini.Karena sesungguhnya Tim Garuda hanya membutuhkan pendukung yang mampu hadir dalam setiap situasi apapun, sulit ataupun senang,bukan pendukung hanya pada saat menang belaka."Ada Aku di Pandang Hadap, Tiada Aku di Pandang Belakang".Bukan seperti ini karakter sejati pendukung Tim Garuda.Tim ini sampai sejauh ini memang belumlah mampu memberikan apa-apa bagi Indonesia di ajang Sea Games Myanmar tapi setidaknya lewat sikap heroik para pemainnya ternyata mampu membuka hati dan mengajarkan kita dengan baik akan arti dari sebuah kata optimisme.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline