Festival Fisika Akbar
Di suatu desa, ada satu rumah kecil dan sederhana. Di rumah itu, hiduplah sepasang suami istri yang sudah menikah hampir 60 tahun dan dianugrahi seorang anak laki-laki yang di beri nama Jono. Mereka hidup dengan sederhana dan penuh dengan kebahagiaan. Suatu hari, sang ayah berpamitan kepada istri dan anaknya untuk pergi melanjutkan mimpinya. Sang ayah merupakan seorang profesor yang sangat luar biasa. Beliau menguatkan tekatnya untuk mengejar semua cita-citanya.
Setelah satu bulan di tinggalkan sang suami, sang istri mulai sakit-sakitan dan terbaring lemah di ranjang. Melihat keadaan ibunya seperti itu, Jono mulai mengambil langkah untuk membawa ibunya berobat. Jono merupakan seorang anak yang sangat berbakti kepada orang tuanya dan Jono juga merupakan anak yang sangat pintar di sekolah. Hanya saja Jono tidak hidup di keluarga yang berada, sehingga kepintaran Jono tidak bisa di kembangkan di dunia luar.
Suatu hari, Jono menemukan poster Festival Fisika Akbar yang di adakan di kota. Melihat poster itu, Jono sangat tertarik dan mulai merangkai rencana yang akan dia buat. Tetapi, disisi lain Jono memikirkan kondisi ibunya. Tidak mungkin ia meninggalkan ibunya sendiri di rumah yang lagi sakit-sakitan. Tapi gimanapun Jono membutuhkan biaya yang banyak untuk kesembuhan ibunya. Sedangkan sang ayah tidak pulang pulang setelah hampir dua bulan merantau tak tau kemana.
Keesokan harinya, Jono mengambil keputusan untuk tetap berangkat ke kota dan ikut serta dalam Festival Fisika Akbar yang ia liat kemaren. Paginya, ia berpamitan dan meminta izin kepada sang ibu untuk berangkat ke kota.
"Bu, Jono minta izin ke kota ya bu untuk ikut Festival Fisika Akbar, hadiahnya lumayan bu untuk berobat ibu biar ibu cepat sembuh." ucap Jono.
"Iya nak, pergilah, ibu bisa jaga diri di rumah." Balas ibunya.
Setelah berpamitan kepada ibunya, Jono pun langsung berangkat ke kota dan mendaftarkan diri ke panitia Festival Fisika Akbar itu. Dengan sisa waktu sekitar lima hari, Jono menyelesaikan rangkaian fisikanya yang akan ia keluarkan ketika festival fisika di mulai. Selang waktu lia hari, hari yang di tunggu tunggu pun tiba. Jono membawa karya fisika yang sudah ia buat. Dengan percaya diri, Jono menjelaskan kepada juri tentang karya yang ia buat. Setelah seharian mengikuti lomba, Jono pun keluar dari tempat festival dan mencoba mencari tumpangan untuk beristirahat menjelang hari pengumuman tiba.
Selang tiga hari, hari pengumuman perlombaan pun tiba. Dengan tidak percaya diri, Jono pergi ke tempat festival. Di sana semua peserta sudah berkumpul dan tidak sabar dengan pengumuman perlombaannya. Sampai akhirnya pengumuman pun tiba, pembawa acara pada kegiatan itu pun langsung membacakan juara-juaranya. "DAN JUARA UTAMANYA DI MENANGKAN OLEH, JONO DANENDRA" suara pembawa acara itu menggelegar di telinga Jono. Mendengar namanya di panggil Jono pun dengan rasa terharu langsung maju ke depan dan mengambil hadiah. "Kepada bapak Danendra selaku ketua pelaksana di mohon untuk memberikan hadiah.". Dan tidak di sangka-sangka yang menjadi ketua pelaksana kegiatan itu adalah bapak Jono sendiri. Melihat kenyataan itu Jono mulai menangis dan mengajak ayahnya untuk pulang ke desa karna ibunya sudah sakit parah. Mendengar berita itu, bapak dan anak itu langsung bergegas kembali ke desa dan menemui istrinya.
Sampainya di desa, mereka langsung masuk kedalam kamar dan menemui istrinya. Terlihatlah seorang perempuan tua yang terbaring lemah di kasur. Ia mencoba membangunkan istrinya yang lagi tertidur. Setelah istrinya bangun, istrinya pun terlihat sangat bahagia melihat sang suami yang selama ini pergi jauh dan tidak pulang, akhirnya pulang ke rumah. Melihat keadaan sang istri yang sudah sangat lemah, sang suami pun mengajak istrinya untuk berobat. Tetapi sang istri menolak, "Gak usah mas, sudah ketemu dengan mu saja aku sudah bahagia. Aku duluan ya mas, jaga Jono jangan tinggalkan dia lagi" dan saat itu juga mata sang istri terpejam rapat. Sang suamipun hanya bisa menyesali perbuatannya yang sudah tega meninggalkan istri dan anaknya begitu lama. Jono pun melihat keadaan itu hanya bisa menangis dan mencoba untuk mengikhlaskan semuanya.
TAMAT
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H