Lihat ke Halaman Asli

Syawaludin Fahmi

Mahasiswa Uin Bandung

M. Iqbal : Konsep Khudi Sebagai Landasan Etika di Tengah Krisisis Identitas

Diperbarui: 16 Desember 2024   17:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Muhammad Iqbal ini adalah seorang penyair, filsuf, dan pemikir politik terkemuka dari India British (sekarang Pakistan). Lahir di Sialkot, Punjab, pada 9 November 1877, Iqbal berasal dari keluarga Muslim berkelas menengah.

Di tengah dinamika modernisasi yang membawa perubahan sosial dan budaya, masyarakat sering dihadapkan pada krisis identitas. Krisis ini muncul ketika nilai-nilai tradisional mengalami benturan dengan arus globalisasi yang kerap mengaburkan jati diri individu dan komunitas. Dalam situasi seperti ini, konsep khudi yang dikembangkan oleh Muhammad Iqbal, seorang filsuf dan penyair Islam terkemuka, menawarkan landasan etika yang relevan untuk membangun moralitas dan membangkitkan kesadaran diri.

 Langsung saja kita mengenal apa itu konsep khudi  ?

Dalam pandangan Iqbal, khudimerujuk pada kesadaran diri yang tinggi, kemampuan untuk mengenali potensi ilahi dalam diri manusia, dan keberanian untuk menjalani hidup dengan otentik. Khudi bukan sekadar ego dalam arti negatif, melainkan sebuah kekuatan internal yang membimbing manusia untuk merealisasikan potensi spiritual dan moralnya. Menurut Iqbal, manusia adalah wakil Tuhan di bumi khalifah, dan tugasnya adalah mengembangkan diri hingga mencapai derajat yang lebih tinggi dalam perjalanan menuju Tuhan . Iqbal percaya bahwa ketika individu kehilangan kesadaran akan khudi, ia akan terjebak dalam sikap pasif, kehilangan tujuan hidup, dan mudah terombang-ambing oleh pengaruh eksternal. Di sinilah relevansi khudi sebagai landasan etika muncul: ia menawarkan panduan moral bagi individu untuk kembali menemukan jati diri sejatinya.

Krisis Identitas dalam Konteks Modern

Di era digital dan globalisasi ini, krisis identitas sering muncul akibat lemahnya pemahaman akan nilai-nilai terhadap dirinya. Banyak orang terjebak dalam budaya konsumerisme, pencitraan sosial di media khusus nya di tiktok banyak orang  kemakan atao terpengaruhi sama standar risasi tren tiktok tersebut , dan tekanan untuk mengikuti tren yang tidak selalu selaras dengan nilai-nilai lokal atau spiritual. Akibatnya, moralitas sering kali terpinggirkan, digantikan oleh pragmatisme yang dangkal. Dalam konteks ini, khudi mengajarkan pentingnya kesadaran diri yang kuat agar individu tidak kehilangan arah di tengah derasnya arus perubahan.

Autentisitas Diri  Khudi mengajarkan bahwa manusia harus hidup sesuai dengan potensi terbaiknya, bukan meniru atau menyerah pada standar yang ditetapkan oleh pihak lain. Moralitas

tidak dapat tumbuh tanpa keberanian untuk menjadi diri sendiri dan mengembangkan karakter yang otentik.

Kemandirian Spiritual Iqbal menekankan pentingnya self-reliance dalam aspek spiritual. Krisis identitas sering kali lahir dari ketergantungan pada nilai-nilai luar yang tidak selaras dengan keyakinan pribadi. Dengan khudi, individu belajar untuk membangun moralitas yang berbasis pada hubungan langsung dengan Tuhan.

Keberanian Moral Khudi juga menuntut keberanian untuk bertindak benar meski menghadapi tantangan. Di tengah krisis identitas, keberanian moral ini menjadi pilar penting dalam menjaga integritas diri dan komunitas.

Kontribusi kepada Masyarakat Kesadaran akan khudi tidak hanya bermanfaat bagi individu, tetapi juga bagi masyarakat. Iqbal percaya bahwa manusia yang mengenal khudi-nya akan berkontribusi secara positif untuk menciptakan tatanan sosial yang lebih adil dan bermoral.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline