Lihat ke Halaman Asli

Awal Ramadanku

Diperbarui: 13 Maret 2024   21:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Dulu, sekitar lima tahun yang lalu, ketika masih kelas dua SD, menyambut Bulan Ramadhan rasanya senang sekali. Ada perasaan spesial seperti kedatangan tamu yang sudah ditunggu-tunggu. Ikut kirab di desa, ramai-ramai (walau ujung-ujungnya naik motor karena tidak kuat). Lalu awal-awal Ramadhan, hampir setiap hari mengeluh lapar, haus, dan lain-lain. Karena selalu bosan, saya diajak bunda ngabuburit ke bazar Ramadhan. Malamnya shalat Tarawih dengan teman (tengah-tengah shalat lirik-lirikan, guyon/bercanda, bahkan ngobrol). Jujur, dari hari pertama puasa saya sudah terbayang banyaknya THR yang saya terima :))

Saya merasa perasaan itu biasa saja, wajar sekali untuk excited menyambut Ramadhan. Namun semakin lama saya merasa perasaan itu hilang. Dari 'senang sekali' menjadi 'senang' saja. Kegiatan di bulan Ramadhan juga rasanya seperti hari biasa, cuma tidak makan dan minum saat siang. Betapa berharganya perasaan itu dulu, jadi anak kecil yang tidak perlu mengerti betapa rumitnya dunia. Saya akan berusaha mengembalikan perasaan itu lagi dari sekarang. Semangat menyambut Ramadhan, melakukan amalan-amalan wajib dan sunnahnya. Semangat semuanya!!!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline