Lihat ke Halaman Asli

Temannya Teman Re

Diperbarui: 14 November 2023   22:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

    Re punya teman dan temannya lagi punya teman. Namanya Mi. Mi adalah gadis berumur 13 tahun yang amat manis. Banyak anak panti yang menyukainya. Pertama kali aku bertemu dengannya adalah saat aku bersembunyi di halaman rumah tua no. 3 itu. Ketika itu, Mi sedang menyirami tanaman. Yang muncul di pikiranku begitu melihat dia adalah: ia benar-benar seorang gadis. Yaa, maksudku, ia memakai gaun krem selutut berenda dengan motif kelinci. Rambut coklatnya dikepang menjadi dua dan diberi pita putih, yang kalau pita itu diterpa angin akan berkibar-kibar. Bibirnya ranum, pipinya yang putih kemerah-merahan diterpa terik mentari, sangat gadis! Aku iri dengan selera berpakaian orang lain untuk petama kalinya saat itu.

    Aku ketahuan! Mi menemukanku di antara semak rerumputan. Dengan canggung dan gerakan yang terpatah-patah, aku berdiri. Mi memandangku heran, tapi sedetik kemudian ia tersenyum tipis. Ah, rasanya aku seperti sedang melihat malaikat! Manis dan menyilaukan. Aku menunduk, berpura-pura mengamati tanah dan menggaruk tengkukku yang tak gatal sambil setengah tersenyum. 

   "Sedang apa kau di sini? Bersembunyi lagi?" Suara sahutan menyelamatkanku. Itu Re! Akhirnya. "Seperti biasa," aku memandangnya datar. Re memegang tanganku dan hendak membawaku masuk. Gerakan kami terhenti, Re menoleh ke Mi, kemudian aku. "Kenalkan, Mi. Temannya temanku," Re berkata singkat. Mi tersenyum simpul. Aku overdosis! Terlalu manis! "Chia," aku berusaha tersenyum selebar dan setulus mungkin walau akan terlihat seperti sengiran kuda, menawarkan jabat tangan. "Mi, temannya teman Re." Ia membalas jabatan tanganku. Oh, tak sesuai dugaanku. Meski sekilas, bisa kurasakan banyak bekas luka di tangannya. Terasa kasar.

    Tarikan tangan Re menyadarkanku. Aku melepas jabatan tangan, "Sampai jumpa, Mi!" Ucapku riang. Tergesa-gesa, Re membawaku ke kamarnya, lantai 2. Kamar Re tak terlalu luas, sedang tapi agak sempit. Hanya ada satu ranjang berukuran satu orang, satu lemari, dan satu nakas. Semuanya terbuat dari kayu randu dan sudah mulai rapuh. Cat dinding berwarna hijau tua nampak mengelupas. Kamar Re sangat sederhana, sama seperti kamarku. Bedanya, ada satu rasa yang bisa jadi tidak akan kurasakan di kamarku. Damai. Kamar Re tenang, sejuk, apalagi ketika diterangi remang-remang senja. Seperti saat ini.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline