Lihat ke Halaman Asli

Mondok 1 Bulan - Bagian 5

Diperbarui: 26 Oktober 2023   03:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

     Riuh rendah keramaian mengisi ponpes di pagi buta hari ini. Hari ini akhir bulan. Para santri bersiap-siap hendak pulang. Tak sabar menikmati liburan. Dan disini, Clary, di kamarnya, malah duduk merenung, sendirian di tengah keramaian. Mungkin bagi santri lain, hari ini adalah hari yang sangat ditunggu-tunggu, tetapi, bagi Clary, hari ini adalah hari perpisahannya.

     Clary berat hati mengambil kopernya, membukanya, dan mulai mengisi koper itu dengan barang-barangnya. Satu persatu ia masukkan. Dari gamis yang pernah ia pakai untuk kegiatan berkebun di belakang, lalu kemudian menjadi korban kecebur got. Mukenah yang sudah ada sedikit titik-titik hitam di bagian pinggirnya, jamur. Itu karena sering dipakai dalam keadaan kulit yang masih lembab atau basah. Jilbab yang baunya seperti bangkai, karena jarang sekali ia cuci. Jilbab itu adalah jilbab yang Clary gunakan untuk tidur. Wajar jika baunya sangat amat mematikan, karena banyak pulau air liur tercetak disana. Ada juga sandal bermotif bunga-bunga biru, itu sandal yang masih terhitung baru. Karena sandal lama Clary putus.

   Banyak sekali barang yang mungkin nanti menjadi sumber rasa rindunya. Terlalu banyak kenangan. Iya, rasanya menyakitkan. Azizah juga ikut murung. Sedari tadi ia hanya menunduk sembari merapikan barang-barang. Tidak lagi melawak dan cerewet seperti biasanya. Suasana kamar itu jadi janggal. Sangat hening. Sebelum kemudian datanglah salah satu teman Clary, namanya Ana. Ana ini tipe teman yang akhlak Nu'aiman. Benar-benar ya, sudah tau suasananya lagi mengharu biru gini, kok ya ada saja masalahnya. Authornya aja capek liatnya.

   Ana berlari kencang seolah dikejar setan. Ia masuk ke kamarnya yang sekaligus kamar Clary dan Azizah. Ia berseru keras "Abang-abang batagornya mau tutup! Ayo, cepetan! Kalau nggak, batagornya bakalan dimakan setan!" Aduhh, apasih. Benar-benar ya. "Hah? Sumpah? Abang batagornya tutup?! Ya Allah, ujian apa ini? Batagor kesayanganku!! Udah seminggu aku nggak makan batagor! Ayo, Zah! Kita harus cepet. Kalau nggak, batagornya nanti dimakan setan! Kamu emang gak eman?" Noh, mulai 'kan Si Clary. Azizah terheran-heran. "Anak ini kalau masalah makanan bener-bener sembilanrius ya, heran. Orang kaya mana yang bakal panik kalau abang batagor tutup? Padahal dia bisa beli sepabrik-pabriknya. Ada-ada aja,"  mungkin begitu batinnya.

    Saat Clary asyik makan batagor di depan pondok, tiba-tiba ada mobil Mercedes-Benz yang berhenti persis di depannya. Yah, sudah selesai liburannya. Dia menarik koper dengan pelan. Memandang Azizah, menatap maniknya dalam-dalam. Clary memeluk Azizah erat sekali. Azizah hampir tercekik dibuatnya. Namun, Azizah membalas pelukannya itu.

   Pintu mobil tergeser perlahan. "Neng, ayo masuk," ajak pembantunya. Clary buru-buru mengambil bolpoin di sakunya. Ia menarik tangan Azizah, menuliskan sesuatu disana. Clary tersenyum manis dan mauk ke dalam mobil. "Daah, sampai jumpa semua! Clary balik dulu yaa." Mobil mewah itu meninggalkan ponpes. Meninggalkan Azizah di belakangnya. Azizah melihat tulisan itu. Nomor telepon, dari Sasa, sahabatnya. Sahabat penanya, nanti. Azizah tersenyum. "Daah, Clarissa Chu. Sasa sahabatku."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline