Lihat ke Halaman Asli

Mondok 1 Bulan - Bagian 3

Diperbarui: 25 Oktober 2023   21:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

    Suara gemericik air terdengar samar-samar dari kamar. Jam 2 malam, pasti itu adalah orang-orang yang bangun akan shalat tahajud. Clarissa melenguh pelan, merasa tidurnya terganggu, memang ya, Si Tuan Putri kita ini. Ia hari ini sedang 'libur' shalat. Ia mengerjap-erjapkan matanya, menyapu sekitar. Di sampingnya, Azizah, tampak sudah rapi dengan mukenah bertengger di bahunya. Ia akan berangkat ke masjid.

   "Berangkat dulu ya, Sa," ujar Azizah pelan. Clary mengangguk. Sampai sekarang, Azizah memang masih ngotot saja memanggilnya Sasa. Kampungan sekali panggilannya, batin Clary. Tapi ya, mau bagaimana lagi. Azizah itu satu-satunya orang yang sering ia ajak ngobrol selain para ustadzah. Gengsinya selangit, siapa lagi kalau bukan Clary.

   Pintu kamar itu pelan menutup, menimbulkan suara deritan. Kini Clary sendiri di kamar ini. Sebenarnya tidak sendiri sih, ada seorang lagi teman sekamarnya yang juga sedang 'libur'. Temannya yang satu itu terkenal dengan sebutan 'kebo' nya. Karena memang ia susah sekali untuk dibangunkan, sampai-sampai hanya musyrifah sendirilah yang bisa menanganinya. Clary terlanjur terbangun. Matanya sudah tak dapat ia pejamkan lagi. Ia menatap ke luar jendela kamar, langit malam. Eh, ralat, langit pagi maksudnya. Ciee, ada yang sok galau nih yee. Jangan diganggu ya teman-teman, Clary lagi kesambet. Nanti kalap.

   Clary merasakan sesuatu yang benar-benar menjanggal hatinya. Ia baru kali ini merasakan rasa ini. Rasa yang begitu asing. Tanpa sadar, tangannya bergerak menuju lehernya. Memegang kalung hadiah dari keluarganya. Ia meraba kalung itu, lalu melepaskannya. Ada liontin sebesar 2 ruas jari kelingking. Di dalam liontin itu, terdapat foto keluarganya yang dapat dibuka tutup menggunakan penyegel. Elit banget ga sihh? Author ini dibuat iri jadinya.

   Ia menatap dalam-dalam foto itu. Ia cermati wajah keluarganya satu persatu. Wajah ibunya, ayahnya, kakaknya, adiknya. Lengkap sudah semuanya. Sudah lama sekali ia tak bertemu dengan kedua orangtuanya. Bahkan, untuk sekedar berpamitan ke ponpes ini pun, harus video call, virtual. Orangtuanya itu sangat sibuk. Clary terbiasa hidup dengan para ART-nya. Bisa dibilang, Clary lebih dekat dengan ART daripada orangtuanya sendiri.

 Clary menyadari satu hal, ia rindu, ia rindu sekali dengan seluruh keluarganya. Ia rindu dengan kehidupan bahagianya dulu, saat masih kecil. Saat dimana riuh kesibukan belum dapat memisahkan mereka. Ia ingin berkumpul dengan mereka, sekali. Sekali saja. Tanpa sadar, matanya menitikkan air mata. Clary menangis pelan, di tengah heningnya malam. Eh, keliru, pagi ding. Udah ya Clary, jangan rindu, rindu itu berat, biar aku aja. Hihihi. Insp by Dilan




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline