Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Syauqi

Mahasiswa Universitas Airlangga

Kisah Daffa Athallaputra: Dari Tantangan Sang Ayah Menjadi Bos Kuliner Surabaya

Diperbarui: 9 April 2024   21:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ale's Chikin. Foto : Tim Ale's Chikin

SURABAYA – Seiring berjalannya waktu, kebutuhan manusia terus meningkat tak terkecuali mahasiswa. Berbagai cara mereka lakukan untuk memenuhi kebutuhannya. Salah satu yang kerap dilakukan adalah merintis bisnis pertamanya. Dengan kegigihan dan konsistensi tak jarang dari mereka yang berhasil memiliki penghasilan pertamanya.

Salah satu kisah inspiratif ini datang dari Daffa Athallaputra, Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Airlangga. Pria yang kerap disapa Ale ini adalah pemilik Ale’s Chikin, bisnis restoran yang menjual berbagai makanan seperti nasi dengan ayam, mie ayam, snack, chicken wings, burger dan minuman dengan konsep korean bar di Surabaya.

Semua berawal dari perintah ayahnya. Kala itu, Ayah Ale memberikan waktu 1.5 bulan untuk membuka restoran. Ale menilai hal ini sebagai tantangan untuk dirinya.

“Awal mula ayah yang nyuruh buka dikasih waktu cuma 1.5 bulan, kayanya emang sengaja ngetes anaknya. karena melihat market korean rata-rata masih menengah keatas, kita bikin yang menengah kebawah. jadi memang dadakan dan nggak se prepare itu, makannya aku berasumsi kayanya emang mau ngetes anaknya,” ujarnya.

Ale mendirikan Ale’s Chikin dengan modal yang tidak terlalu besar. Karena biaya operasional seperti peralatan dan tempat sudah ia miliki sebelumnya.

“Modal awal kurang lebih 180 juta, nggak banyak karena alat-alat bekas kampoeng steak (bisnis ayahnya), tempat juga udah punya sendiri. kalau rata-rata omset per bulannya ada di angka 30 juta (belum bersih). sebenernya nggak rugi tapi gak untung banyak juga, gapapa pelan-pelan namanya juga pertama kali dan dadakan lagi,” tambahnya.

Keberhasilan Ale dengan Ale's Chikin nya tentu tak lepas dari berbagai tantangan yang ada. Mengingat ini bisnis pertamanya dan berada di market yang banyak pesaing, menuntut Ale untuk menciptakan keunikan dari para pesaingnya.

“Tantangan terbesar dalam berbisnis sih (pemasarannya ya) itu mencari tau apa yang orang mau, sekarang saingan banyak, yang mirip juga banyak, tinggal gimana caranya brand kita bisa masuk ke pikiran calon pembeli," ucapnya.

Sebagai mahasiswa, Ale juga mengalami sedikit tantangan mengenai kuliahnya. Kegiatan bisnis yang menyita banyak waktu, pikiran dan tenaga membuat Ale terkadang tidak bisa fokus pada pelajaran.

“Kadang gabisa fokus ke materi pelajaran karena kebagi fokus sama yang lain. Tapi yaa gapapa juga sih, setelah aku kuliah dan berbisnis, ternyata lebih banyak ilmu saat berbisnisnya, kuliah bukan faktor penentu orang itu bisa kerja apa nggak, hanya nilai dan ijazah saja,” tuturnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline