sumber foto : momworkaholic.com
Stigma Negatif Ibu Bekerja
Di kalangan masyarakat Indonesia, seorang ibu yang bekerja di luar rumah mendapatkan berbagai macam stigma negatif. Stigma tersebut antara lain berupa anggapan bahwa si ibu pasti tidak peduli dengan anak-anaknya, lebih mementingkan karir atau yang lebih parah lagi anggapan bahwa sang ibu pasti tidak mendidik anak dengan baik. Labelling seperti itu wajar saja ada, dan biarkan saja, kita tak perlu memusingkan labeling.
Memanfaatkan Anugerah Multitasking
Beruntunglah bahwa seorang wanita memiliki anugerah multitasking (bisa melakukan berbagai macam pekerjaan sekaligus dalam satu waktu), inilah yang menyebabkan mengapa banyak ibu yang berhasil menjalankan peran gandanya, baik sebagai WM maupun sebagai Ibu untuk anak-anaknya. Banyak kok yang sudah membuktikannya. Perlu contoh ? Baiklah kita bisa melihat kepada sosok Ibu Wirianingsih atau biasa dipanggil dengan ibu Wiwi. Beliau adalah seorang ibu bekerja (anggota DPR), ustadzah dan sekaligus ibu 10 orang anak. Ditengah-tengah kesibukannya itu beliau tetap mampu mendidik anak-anaknya sehingga semuanya menjadi penghafal Al-Qura’an. Luar biasa bukan? Masih ingin contoh yang lain? amati sendiri beberapa ibu bekerja yang ada di sekitar kita, semoga anda menemukan sosok-sosok seperti itu di lingkungan sendiri.
Tips Untuk Ibu Bekerja
Berikut tips-tips yang bisa dijalankan untuk para WM sekaligus pendidik bagi anak-anaknya :
Tanamkan Kesadaran
Kesadaran ini sangat penting, karena hal itu lah yang akan tertanam erat di benak kita atau di otak bawah sadar kita, sehingga kapanpun dan di manapun kita akan bertindak secara refleks sesuai dengan kesadaran yang tertanam. Kesadaran yang perlu ditanamkan di sini adalah bahwa bagaimanapun suksesnya kita sebagai seorang WM, kita tetap bertanggung jawab penuh pada pendidikan anak. Al Ummu Madrasatul Ula, ibu adalah sekolah utama untuk anak-anak kita.
Bentuklah system support yang solid
Akuilah bahwa kita bukanSsupermom yang bisa melakukan segala macam pekerjaan sendirian. Bagaimanapun kita, kita tetap membutuhkan bantuan pihak lain agar semua bisa berjalan dengan baik.
System support yang dimaksud di sini adalah berbagai pihak yang bisa mendukung terlaksananya tugas-tugas pendidikan anak dan tugas-tugas domestic lainnya. Terdiri dari : suami, orangtua, guru anak di sekolah, pembantu (pengasuh) anak kita dan tetangga-tetangga kita.
-Beri pengertian pada suami, bahwa mendidik anak adalah tugas bersama. Karena ada lho para suami yang enggan terlibat dalam hal ini, menurut mereka tugas mereka hanyalah mencari nafkah, selebihnya semua diserahkan pada istri. Ajak suami untuk saling berbagi tugas, melakukan tugas domestic bagi lelaki bukanlah satu hal hina, justru sebaliknya, itu menunjukkan betapa seorang suami memiliki sifat yang sangat mulia
-Jalin komunikasi yang arif dengan orangtua kita.
Meski adalah mutlak hak kita untuk menentukan pendidikan anak, namun berusahalah untuk bijak menyikapi setiap masukan yang datang dari orangtua.Karena bagaimanapun juga mereka lebih berpengalaman disbanding kita.
-Jadikan guru sekolah anak kita sebagai mitra. Buatlah buku penghubung yang setiap hari diisi kegiatan yang dilakukan anak-anak di rumah dan di sekolah. Berikan setiap hari buku penghubung ini, jika ada permasalahan tulislah di sana sehingga kita bisa mengontrol apa-apa saja yang terjadi berkaitan dengan proses belajar mengajar anak di sekolah.
-Pilihlah pengasuh yang berperilaku baik dan punya skill yang cukup. Mereka adalah seseorang yang paling sering berada di dekat anak kita. Kemampuan membaca adalah salah satu hal mutlak yang harus dimiliki oleh pengasuh, karena proses belajar mengajar sangat erat dengan kegiatan membaca. Perlakukan pengasuh dengan baik, namun jangan lupa untuk selalu mengontrolnya ketika kita berada di kantor.
Mengefektifkan Waktu
Agar waktu di rumah menjadi efektif jangan pernah kita membawa permasalah pekerjaan kita ke rumah. Pekerjaan kantor ya diselesaikan di kantor. Cukup. Waktu di rumah adalah untuk kita bersama keluarga. Bila perlu kita bisa menggunakan senggang waktu di kantor (misal saat istirahat digunakan untuk berbelanja kebutuhan anak-anak).
Rancanglah Quality time untuk anak-anak
Setiap hari buatlah quality time kita dengan anak-anak. Waktunya bisa ditentukan sesuai dengan kesepakatan anak. Biasanya adalah malam hari atau di pagi hari sebelum ibu berangkat bekerja. Gunakan quality time untuk untuk belajar bersama dan juga untuk saling curhat tentang kegiatan anak-anak dalam hari itu.
Menjadi ibu yang menyenangkan untuk anak-anak
Tanyalah perasaan anak hari ini, dengarkan dengan segenap hati. Berikan apresiasi untuk setiap prestasi kebaikan yang dia lakukan, sekecil apapun itu bentuk apresiasi kita. Bentuk apresiasi tidak melulu dengan materi, dengan pelukan dan ciuman hangat pun sudah bisa mewakili. Sehingga anak-anak akan merasa nyaman berada dengan kita dan proses pendidikan agar berjalan dengan efektif. Karena bila anak sudah merasa happy, maka mereka akan cenderung mudah menerima apa saja yang kita ajarkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H