Lihat ke Halaman Asli

Syarwan Edy

@paji_hajju

Puisi: Perempuan yang Memanen Luka

Diperbarui: 23 Desember 2024   01:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kita masih sangat muda dan luka adalah biasa | sumber foto: pinterest/Rhichal Ocviandaliu

Di ladang sunyi, dengan keranjang penuh harap,  
Perempuan menanam benih luka di tanah kering,  
Menggenggam air mata, menyiramnya dengan sabar,  
Mencari cinta dalam bayang-bayang yang hilang.

Dengan tangan bergetar, dia memetik duri,  
Setiap sayatan, sebuah cerita terukir,  
Di balik senyum, tersembunyi jiwa yang letih,  
Menghitung luka, seolah itu emas yang berkilau.

Dia berjalan di antara ilusi dan kenyataan,
Menghargai setiap tetes darah yang jatuh,
Menjadi petani di ladang rasa,  
Memanen luka, menuai duka.

"Oh, dunia," serunya, "apa kau tak lihat?Di balik tawa ada jeritan yang terpendam,

Aku menggarap tanah ini, penuh harapan,

Namun yang tumbuh hanya ranting patah dan kelam."


Kita semua di sini, menyaksikan drama,  
Perempuan yang berjuang di atas luka-lukanya,  
Namun siapa yang peduli, siapa yang mengerti,  
Bahwa dia adalah pahlawan di medan sepi?

Kita bertepuk tangan, merayakan luka,  
Menjadi hiburan dalam panggung sandiwara,  
Tapi ingatlah, di balik setiap cerita,  
Ada perempuan yang memanen luka, menanti cahaya.

Paji Hajju

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline