Lihat ke Halaman Asli

Syarwan Edy

@paji_hajju

Polemik Senioritas dalam Ospek Berkedok Kaderisasi

Diperbarui: 29 Oktober 2024   20:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Detail gambar ilustrasi: Pabelan Online

Di dunia pendidikan tinggi, ospek atau orientasi mahasiswa baru sering menjadi perbincangan yang hangat. Salah satu isu utama yang muncul adalah praktik senioritas yang sering disamarkan sebagai kaderisasi. Hal ini menimbulkan banyak pertanyaan mengenai tujuan sebenarnya dari kegiatan tersebut.

Ospek dirancang untuk memperkenalkan mahasiswa baru kepada lingkungan kampus. Di sisi lain, kaderisasi adalah proses pembentukan karakter dan kepemimpinan. Namun, sering kali ospek dijadikan ajang untuk menunjukkan kekuasaan senior kepada junior, yang dapat mengaburkan tujuan awalnya.

Hubungan antara senior dan junior dalam konteks ospek sering ditandai dengan ketidakseimbangan kekuasaan. Senior merasa memiliki hak untuk mengatur dan mengontrol junior, sementara junior diharapkan untuk patuh. Hal ini menciptakan suasana yang tidak sehat dan berpotensi merugikan.

Praktik senioritas yang berlebihan dapat berdampak negatif pada mentalitas mahasiswa baru. Mereka mungkin merasa tertekan untuk memenuhi ekspektasi senior, yang dapat mengarah pada stres dan kecemasan. Selain itu, hal ini juga dapat merusak semangat kolaborasi dan kerja sama yang seharusnya dibangun di kampus.

Kaderisasi yang ideal seharusnya berfokus pada pengembangan diri dan kepemimpinan tanpa melibatkan praktik senioritas. Kegiatan yang dilakukan harus bersifat membangun dan mendukung, bukan menekan atau merendahkan. Ini akan membantu menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan produktif.

Ada kebutuhan mendesak untuk mengubah paradigma ospek dari seremonial menjadi proses yang lebih bermakna. Institusi pendidikan harus mengambil langkah untuk memastikan bahwa ospek benar-benar berfungsi sebagai ajang perkenalan, bukan sebagai sarana untuk menunjukkan kekuasaan.

Fakultas dan universitas memiliki tanggung jawab untuk mengawasi dan mengatur kegiatan ospek. Dengan menetapkan pedoman yang jelas, mereka dapat mencegah praktik senioritas yang merugikan. Ini juga mencakup pelatihan bagi senior tentang bagaimana menjadi panutan yang baik.

Mahasiswa baru perlu diberikan kesempatan untuk menyampaikan pendapat mereka mengenai ospek dan praktik senioritas. Dengan melibatkan mereka dalam diskusi, institusi dapat lebih memahami kebutuhan dan harapan mahasiswa, serta menciptakan program yang lebih sesuai.

Membangun kesadaran tentang bahaya praktik senioritas harus dilakukan secara berkelanjutan. Kampanye informasi yang melibatkan berbagai pihak, termasuk alumni, dapat membantu menumbuhkan perspektif yang lebih sehat mengenai hubungan senior-junior.

Beberapa universitas telah berhasil menerapkan model ospek yang lebih inklusif dan mengutamakan kaderisasi yang positif. Melalui studi kasus ini, kita bisa belajar tentang praktik terbaik yang dapat diterapkan di tempat lain untuk menciptakan lingkungan yang lebih baik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline