Lihat ke Halaman Asli

Syarwan Edy

@paji_hajju

Menikah: Lebih dari Sekadar Tinggal Bersama

Diperbarui: 22 September 2024   17:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menikah adalah bersatu dalam taat | foto: Instagram/imhhchn

Bagaimanapun, tetaplah menikah. Jika kamu mendapatkan istri yang baik, kamu akan bahagia; jika kamu mendapatkan yang buruk, kamu akan menjadi seorang filsuf.

---Socrates 

Menikah adalah sebuah perjalanan yang lebih dari sekadar menandatangani dokumen atau tinggal di bawah satu atap. Ini adalah komitmen yang mendalam untuk saling mendukung, memahami, dan tumbuh bersama. Dalam konteks ini, kita harus menyadari bahwa pernikahan bukan hanya tentang berbagi ruang fisik, melainkan juga berbagi mimpi, harapan, dan perjuangan dalam kehidupan sehari-hari.

Ketika dua orang memutuskan untuk menikah, mereka tidak hanya menyatukan dua keluarga, tetapi juga dua dunia yang berbeda. Setiap individu membawa latar belakang, nilai, dan cara pandang yang unik. Proses penyesuaian ini bisa menjadi tantangan, tetapi juga merupakan kesempatan untuk saling belajar dan menghargai perbedaan masing-masing. Di sinilah fondasi pernikahan yang kuat dibangun.

Salah satu aspek penting dalam hidup bersama adalah komunikasi. Tanpa komunikasi yang baik, banyak masalah kecil bisa berkembang menjadi besar. Pasangan perlu berbicara secara terbuka tentang perasaan, harapan, dan kekhawatiran mereka. Dengan berbagi pikiran dan perasaan, mereka dapat menghindari kesalahpahaman dan membangun kepercayaan yang menjadi kunci dalam hubungan yang langgeng.

Selain itu, berbagi tanggung jawab adalah bagian integral dari hidup bersama. Dalam pernikahan, kedua pasangan harus siap untuk berbagi tugas rumah tangga, perencanaan keuangan, dan pengasuhan anak jika mereka memiliki keturunan. Dengan membagi beban ini, pasangan dapat merasakan kebersamaan yang lebih dalam dan saling mendukung satu sama lain dalam mencapai tujuan hidup mereka.

Namun, hidup bersama tidak selalu berjalan mulus. Ada kalanya pasangan menghadapi konflik dan perbedaan pendapat. Di sini, kemampuan untuk berkompromi dan saling menghargai sangat penting. Ketika perbedaan muncul, penting untuk tidak hanya mengedepankan ego masing-masing, tetapi mencari solusi yang dapat diterima oleh kedua belah pihak. Melalui konflik yang diselesaikan dengan baik, hubungan dapat menjadi lebih kuat.

Dukungan emosional juga merupakan aspek yang tidak kalah penting dalam pernikahan. Pasangan harus menjadi pendengar yang baik dan memberikan dukungan di saat-saat sulit. Ketika salah satu dari mereka menghadapi masalah, kehadiran dan dukungan dari pasangan dapat memberikan rasa aman dan mengurangi beban yang dirasakan. Ini menciptakan ikatan yang lebih dalam antara mereka.

Dirimu adalah tempatku untuk pulang | foto: Instagram/imhhchn

Dalam pandangan para filsuf, konsep pernikahan sering kali lebih dalam daripada sekadar berbagi tempat tinggal. Beberapa filsuf, seperti Immanuel Kant, menekankan pentingnya komitmen dan saling menghormati dalam hubungan. Dalam bukunya "Metaphysics of Morals," Kant berargumen bahwa pernikahan adalah kontrak moral yang memerlukan tanggung jawab dan etika.

Sementara itu, Simone de Beauvoir dalam "The Second Sex" mengkritik institusi pernikahan yang cenderung mengekang kebebasan individu, terutama perempuan. Ia menekankan bahwa pernikahan seharusnya menjadi kemitraan yang setara, di mana kedua pihak saling mendukung untuk tumbuh dan berkembang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline