Lihat ke Halaman Asli

Syarwan Edy

@paji_hajju

Mitos Kecantikan dan Harga Diri Perempuan

Diperbarui: 20 Mei 2024   13:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: pinterest/salsa

Mari menerima dan terus tingkatkan nilai diri, sebab perempuan tidak sebatas hanya persoalan kecantikan semata.

Salah satu mitos yang masih berkembang di masyarakat adalah bahwa kecantikan fisik merupakan faktor utama yang menentukan harga diri seorang perempuan. Ini adalah pandangan yang keliru dan berbahaya, karena membuat perempuan merasa bahwa nilai mereka ditentukan oleh penampilan semata.

Faktanya, harga diri perempuan tidak boleh diukur dari kecantikan fisik. Harga diri adalah refleksi dari kemampuan, integritas, dan nilai-nilai yang dimiliki seseorang. Perempuan memiliki banyak kelebihan selain kecantikan, seperti kecerdasan, kreativitas, empati, dan lain-lain. Semua itu adalah aspek yang jauh lebih penting dalam membentuk harga diri yang sehat.

Mitos kecantikan juga seringkali disertai dengan standar kecantikan yang tidak realistis, seperti tubuh langsing, wajah mulus tanpa cacat, dan lain-lain. Hal ini dapat menimbulkan rasa tidak percaya diri pada perempuan yang tidak memenuhi kriteria tersebut, dan bahkan mendorong mereka untuk melakukan tindakan yang berbahaya, seperti diet ekstrem atau operasi plastik.

Untuk menghadapi mitos-mitos ini, penting bagi perempuan untuk membangun harga diri yang kuat dan tidak bergantung pada penilaian orang lain terhadap penampilan fisik. Kita perlu menanamkan keyakinan bahwa setiap perempuan memiliki keunikan dan kelebihan masing-masing yang patut dihargai. Dengan demikian, perempuan akan lebih percaya diri, bahagia, dan dapat mewujudkan potensi mereka secara optimal.

Menurut pemikiran Simone de Beauvoir, kecantikan merupakan suatu konstruk sosial yang dipengaruhi oleh norma dan ekspektasi masyarakat. Beauvoir berpendapat bahwa kecantikan tidak memiliki definisi objektif yang universal, melainkan dimaknai secara berbeda-beda tergantung pada konteks budaya dan waktu tertentu.

Dalam bukunya "The Second Sex", Beauvoir mengkritisi bagaimana konsep kecantikan seringkali digunakan untuk mengontrol dan memarginalkan perempuan. Ia melihat bahwa perempuan ditekan untuk terus-menerus mempercantik diri dan memenuhi standar kecantikan yang ditetapkan oleh patriarki. Hal ini membuat perempuan merasa tidak cukup dan selalu berusaha untuk tampil cantik sesuai harapan masyarakat.

Menurut Beauvoir, kecantikan seharusnya tidak dijadikan sebagai satu-satunya nilai yang harus dimiliki perempuan. Sebaliknya, perempuan harus didorong untuk mengembangkan bakat, potensi, dan kemampuannya di berbagai bidang, bukan hanya sekadar tampilan fisiknya. Dengan demikian, konsep kecantikan harus dibebaskan dari konstruksi patriarki dan dikembalikan pada definisi yang lebih luas dan egaliter.

Mitos Kecantikan: Menurut Nietzsche, mitos kecantikan perempuan adalah konstruksi budaya yang diciptakan oleh laki-laki untuk mengendalikan dan menekan perempuan. Ia melihat kecantikan sebagai alat bagi perempuan untuk mendapatkan kekuasaan dan privilese dalam masyarakat patriarki. Namun, Nietzsche juga berpendapat bahwa perempuan tidak harus tunduk pada konstruksi kecantikan tersebut dan dapat menolak untuk menjadi objek tatapan dan penilaian laki-laki.

Harga Diri Perempuan: Nietzsche memandang bahwa harga diri perempuan seringkali direduksi hanya ke dalam hal-hal fisik dan seksual. Ia melihat bahwa perempuan didorong untuk mendefinisikan diri mereka semata-mata berdasarkan penampilan dan kemampuan untuk menarik perhatian laki-laki. Nietzsche menekankan pentingnya bagi perempuan untuk mengembangkan harga diri yang lebih dalam, yang tidak hanya bergantung pada penilaian orang lain, tetapi juga pada pengaktualisasian diri dan kemampuan intelektual mereka.

Secara keseluruhan, Nietzsche melihat mitos kecantikan dan reduksi harga diri perempuan sebagai bentuk penindasan yang harus ditantang dan ditolak oleh perempuan untuk mencapai kemandirian dan aktualisasi diri yang sejati. Ia mendorong perempuan untuk melampaui batasan-batasan yang ditetapkan oleh masyarakat patriarki dan mengembangkan kekuatan serta perspektif unik mereka.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline