Lihat ke Halaman Asli

Syarwan Edy

@paji_hajju

Pesona di Pulau Romantis

Diperbarui: 9 Mei 2024   16:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber foto: Lemon8

Pesona di pulau romantis, kita curi-curi pandang, membiarkan angin berlagu dengan menyuarakan perihal senyummu yang seolah-olah adalah candu.

Saat tenggelamnya mentari, kedua mata tajam menatap tepat ke arah langit yang menawan. Dalam senja itu, kesederhanaan bisa menjadi istimewa dari pulangnya sore dengan keteduhan yang gaduh. Menanti malam, merindukan hujan, menitipkan harapan, tersesat di belantara rindu, hingga menghabiskan waktu untuk bersedih bersama di bawah cahaya bulan purnama. Di dalam pelukan cinta, di antara bintang yang bersinar gemilang, biarkan hati kita menyatu dalam rindu yang telah lama menumpuk pada benak. Kita berdua dalam harmoni yang sempurna, seperti lagu yang terus terdengar indah.

Angin berbisik penuh syahdu, seketika obrolan seputar kehidupan mulai tercipta dengan begitu liar dan rapi. Tanpa henti, pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya masih di rahasiakan oleh Tuhan pun mengalir deras dengan kata-kata yang terpilih untuk menciptakan keindahan yang abadi. Dalam pelukan yang hangat, tenang, kukenang senyummu yang manis. Sore ini hanya milik kita berdua, bersama merajut rindu di tepian senja yang terhampar.

"Hai Paji! Apa yang sedang kau pikirkan akhir-akhir ini? Bagaimana dengan hari-harimu?"

"Hai Bitu! Aku sedang merenung tentang arti kehidupan dan tujuan hidupku. Aku merasa perlu menemukan sesuatu yang lebih bermakna. Bagaimana denganmu? Apa yang membuatmu bersemangat saat ini?"

"Paji, itu adalah pertanyaan yang menarik. Aku juga sering merenung tentang hal yang sama. Saat ini, aku fokus pada pengembangan diri dan mengejar hobi baru. Aku merasa bahwa mengejar apa yang membuatku bahagia adalah kunci untuk menjalani kehidupan yang memuaskan."

"Paji, akankah di setiap hubungan itu berujung bahagia, haruskah menunggu lebih lama, ataukah berakhir dengan sia-sia belaka?"

"Bitu, untuk apa kau memikirkan orang yang bahkan tidak pernah menanyakan tentang kabarmu?"

"Bitu, mungkin jodohmu ketahan di bea cukai. Jadi, sabar saja dan menerima dengan lapang dada."

Kemudian kita terdiam sejenak, untuk menghela nafas dengan lega dari sesak yang tercipta. Mencari jawaban atas tanya yang masih berkutat di kepala. Kita saling merangkul atas segala, mengeja debar satu-persatu, memilih sabar daripada gusar, kita berusaha mendiamkan air mata perlahan, dan mulai berhimpun pada canda tawa yang menciptakan bahagia daripada terus terusik dengan luka yang masih saja terpendam di dada. Satu sama lain dari kita berusaha untuk saling menerima, menyelesaikan soal-soal dalam hidup dengan tertawa lepas. Obrolan-obrolan kecil terus mengalir bebas tanpa disadari untuk menghiasi langit malam. Kata-kata kita saling berpadu, seperti melodi yang merdu.

"Paji, apa saja masalah yang umumnya dihadapi oleh negara kita ini?"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline