Lihat ke Halaman Asli

Syarwan Edy

@paji_hajju

Biologisasi Kecantikan Perempuan

Diperbarui: 16 April 2024   14:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menjadi perempuan juga berarti menjadi perawat kehidupan. (Dokpri)

Belajar mencintai tubuh sendiri itu seksi, sebagaimana menerima diri sepenuhnya dan apa adanya.

Mata lahir yang ketika melihat yang nampak akan merasa takjub kepada yang dituju itu adalah "perempuan" secara biologisnya. Tidak diingkari kalau cantik katakan "cantik", kalau ia memang benar-benar cantik bagimu yang melihatnya.

Secara naluriah manusia pada umumnya melihat yang tampak secara lahir atau dari sisi aksiden seseorang. Sehingga sangat mungkin apa yang dilakukan oleh seseorang kerap kali cepat dihukumi sebagai benar---salah dalam tindakan tertentu.

Sekiranya cantik yang diolah dalam novelis best seller terkemuka (Eka Kurniawan) dengan judul "Cantik Itu Luka" adalah sah-sah saja, namun bila pada era sekarang, bisa sangat mungkin akan berakibat pada "Cantik Itu Laku."

Tidak begitu berlebihan, sekiranya kita melihat generasi yang lahir pada tahun 2000---an yang melibatkan generasi milenial dan generasi "z", sehingga cenderung pada hedonistik, materialistik dan narsistik di gelanggang platform mana pun. 

Di dalam buku "The Madness of God" atau "Iblis Menggugat Tuhan" yang dipenai oleh Shawni dalam Bab e mengungkapkan tentang bagaimana "kecantikan telah menyesatkan pikiran, mempercayai kecantikan telah membuatmu gila dan buta." 

Fakta yang tidak dapat dielakkan bahwa cantik memang menjadi satu jenis "penyakit" yang sangat begitu digilai oleh perempuan kekinian dan kedisinian. Upaya berlomba-lomba tampil cantik secara biologis sangat begitu dinamis.

Imaji tentang berambut panjang, kulit putih, tubuh tinggi, glowing, body langsing dan apapun itu telah menjadikan perempuan sangat dekat dengan tempat pembelanjaan alat-alat kecantikan, rumah rias dengan motif memikat hati pria "hidung belang" yang bersebelahan meja ngopi.

Tubuh yang seksi memang begitu menggairahkan, sehingga tokoh feminis gelombang ketiga dari Amerika yang bernama Naomi Rebekah Wolf mengkritik habis-habisan dalam bukunya yang sangat fenomenalistik dengan beberapa judul "The Beauty Myth: How Images of Beauty Are Used Against Women" yang diterbitkan pada tahun 1991.

Bagi Wolf, sesungguhnya "kecantikan adalah mitos belaka", jika hari ini perempuan yang sedang berlomba-lomba dalam mempercantik diri secara biologis, maka semakin makmur lah industri kosmetik.

Wanharun (facebook)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline