Sabar ya suatu saat nanti, semoga dirimu memiliki rumah yang selalu membuatmu merasa pulang dan bercerita panjang lebar tentang banyak hal, semisal; kau bangga memilikiku, aku pun begitu. Romantis bukan!?
Untuk saat ini, biarkan aku selalu melukis wajah manismu dalam pejaman mata lelahku, dan juga biarkan senyumku mekar dengan riang bersama peliknya musim rindu, lalu aku memastikan diriku menyatu denganmu di kehampaan yang tak sudah-sudah ini. Aku ingin menjadi sesuatu yang mungkin bisa kau rindu sama seperti yang lainnya. Dan aku sedang merayu Tuhan agar bisa bersamamu. Aku tak tahu seberapa banyak lembar puisi, yang telah ku cipta untukmu. Sampai detik ini, dirimu adalah rinduku yang tidak bisa aku dapatkan di setiap orang. Aku sadari bahwa kita adalah luka yang berbeda, namun membutuhkan obat yang sama. Sampai aku menyadari dirimu telah menjadi puisi-puisi ku, abadi. Mengeja kata, untuk sekedar sentuh rasa, lalu percaya pada cinta.
Aku menghabiskan sebagian besar malam panjangku di kamar kost ku untuk jatuh cinta denganmu, seseorang yang benar-benar aku kagumi dan sukai serta membuatku merasa senang dan tenang bila berada di sampingmu. Untuk saat ini, bertemu dengan dirimu adalah sebuah keindahan yang di dalamnya aku dapatkan rasa aman dan nyaman yang tak dengan sengaja kau ciptakan untuk duniaku. Aku sudah terobsesi pada mimpiku, tentang menua bersamamu. Tentang mencintai dirimu hingga tarikan nafas terakhirku. Aku tetap menyayangimu, meskipun selalu ada-ada saja. Bahkan jika rinduku tak kunjung kau sapa, aku tetap menunggumu disini dengan setia. Jawabannya hanya satu kalimat, ya karena aku mencintaimu. Semoga ku masih sama, suatu saat nanti, dirimu ialah seseorang yang dengan rasa aku kembali tanpa penyembuhan lain lagi.
Nanti kita bikin romantis ya, meski sekarang romantisnya sama diri sendiri dulu. Nanti saat sore lagi merah-merahnya, aku ingin membicarakan banyak hal, semisal; kita lupa bahwa kita memiliki saudara, kakak, sepupu dari spesies lain, seperti Australopithecus, Homo Neanderthalensis, Homo Erectus, Homo Soloensis, yang sudah muncul lebih dulu dibandingkan spesies kita dan sudah menempati berbagai wilayah di Afrika, Asia, Amerika dan Eropa. Mereka adalah manusia, seperti kita. Selain puisi, kita juga akan membicarakan seputar sastra, kesenian, komunitas, organisasi, hingga hal-hal tak terduga, bersama denganmu seorang diri. Lalu telah ku buat beberapa daftar bahagia. Salah satunya ku tulis kita meminum kopi berdua saat jingga sedang manja-manjanya agar sedikit menghabiskan waktu bersama.
Berjumpa dengan dirimu adalah takdir yang tidak dapat aku hindari, menjadi teman akrab mu ialah pilihan terbaik dalam sejarah hidupku yang bisa aku buat, akan tetapi jatuh cinta padamu adalah sesuatu yang tidak dapat aku kendalikan di dalam lembar perasaanku. Kau adalah do'aku yang hanya di ketahui olehku dan Rabbku. Dan sampai kapanpun, kau adalah langit yang kucintai cerahnya, serta segalanya yang ada pada dirimu. Rindu yang tak tahu waktu, untukmu menunggu waktu segera bertemu. Apakah benar cinta kini hadir mengisi relung jiwa? Aku bertanya-tanya dalam pada diri sendiri. Mungkin bahagia yang telah lama aku idamkan kini menjelma hampir nyata. Kau memberikan banyak arti bahagia, arti hidup untuk selalu kita dekap meski dalam keadaan tak sehat. Kau bukan pengganggu, kau ialah sesosok periang yang rela membagi hangat diantara dinginnya hujan yang turun dengan lebat.
Ada banyak cerita yang ingin aku bagi bersamamu, mungkin belum seluruhnya untuk saat-saat sekarang. Tapi akan aku pastikan kepingan kisah perjalanan hidup ini sepertinya layak untuk di bagi denganmu saat di sebuah pagi yang lagi gerimis. Suatu saat nanti denganmu, aku ingin mencintaimu lebih lama dari selamanya. Semoga ku terlalu banyak tentangmu. Mungkin suatu saat nanti juga, kita akan mengunjungi pemandangan terbaik di dunia, semisal; keindahan aurora hanya ada di Reykjavik, Islandia. Island of Skye, Skotlandia, tampak seperti padang hijau yang tak berujung. Barisan pegunungan dengan sungai jernih di Troll's Tongue, Norwegia. Air terjun terbesar, terindah di Niagara Falls, Kanada dan lainnya untuk kita saling memupuk bahagia bersama. Aku ingin mencintaimu dengan sederhana; dengan jatuh cinta seperti difilm-film. Aku ingin mencintaimu dengan sederhana; dengan jatuh cinta seperti di novel-novel. Dan aku ingin mencintaimu, seperti orang Watohari mencintai tanah kelahirannya.
Dan aku berharap suatu saat nanti, dirimu adalah semoga ku yang tepat, bukan sempat. Lalu berusaha mengingat-ingat kembali plot twist drama politik di negeri konoha yang lagi lucu-lucunya pada masa itu. Rekayasa hukum dan politisasi bantuan untuk melanggengkan kekuasaan dinasti politik pernah di pertontonkan untuk kita. Ayah yang mencari pekerjaan untuk anaknya meskipun menjilat ludahnya sendiri. Kasus korupsi yang belum terselesaikan versi ICW. Kasus pelanggaran HAM yang belum tuntas sampai hari ini. Kasus-kasus ini mulai dari pembunuhan aktivis HAM Munir Said Thalib hingga kerusuhan Mei 1998. Penegak hukum terkadang lupa sama tugas yang sudah diembankan olehnya. Kekerasan terhadap perempuan dan suara perempuan masih terdengar dengan riang untuk mencari keadilan bahkan atas tubuhnya sendiri, serta pelanggaran kode etik namun tetap saja diloloskan untuk memuluskan jalan agar bisa berkuasa. Kita akan mengingat kembali, suatu saat nanti dengan tatapan mata yang penuh teduh, menyatu.
Kita bikin romantis, bikin paling romantis. Tapi nanti dulu ya. Bertemu, membicarakan banyak hal yang mendalam atau yang sederhana saja. Asyik-asyiknya bertukar cerita dengan dirimu adalah sebuah pinta yang aku lakukan sekarang dengan sungguh-sungguh. Intinya bersama denganmu pasti sangat menyenangkan untuk melewati hari-hari yang penuh tanda tanya ini. Dari sebuah hal-hal sederhana ini, aku berharap dapat membuat dirimu merasakan sebuah rumah yang hangat. Di mana selalu ada tempat untukmu pulang dan melepas semua rasa penatmu dengan aman. Dan aku percaya yang pergi hanya waktu, di ingatanku tatapanmu tak pernah beranjak sekalipun. Dariku untukmu; untuk menuju mu aku mematahkan yang lain. Aku menjunjung tinggi rasa cintaku padamu, sebab kau adalah abadi dari segala yang paling abadi.
Paji Hajju
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H