Lihat ke Halaman Asli

Apakah Kaum Milenial Mampu Mempunyai Rumah di Ibu Kota?

Diperbarui: 12 Februari 2019   19:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Generasi X dikenal sebagai Istilah Generasi Milenial atau Gen Y juga sering disebut sebagai generation me atau echo boomers sedang hangat diperbincangkan di kalangan masyarakat mulai dari segi pendidikan, perkembangan teknologi, budaya maupun moral. generasi penerus bangsa yang akan menggantikan generasi sebelumnya atau baby boomers. 

Tapi meski mereka digandang-gandang sebagai bunga bangsa, apakah mereka bahkan mempunyai potensi untuk memiliki atap untuk berteduh dikemudian hari nanti dengan kemungkinan besar harga properti yang terus melunjak tidak sebanding dengan pendapatan dan gaya hidup yang masih mereka terapkan sampai saat ini.

Komposisi penduduk milenial di Indonesia merupakan suatu modal harapan besar yaitu 90 juta jiwa dari 240 jiwa total penduduk atau bisa dibilang sepertiga dari jumlah penduduk. Angka yang cukup dominan, bukan? Tidak jauh berbeda jumlah milenial di Ibu Kota juga cukup mendominasi, sekitar 30% mereka bertempat tinggal dan mempunyai kehidupan di sini.

Sudah popular generasi muda yang berhasil mengubah dunia baik dari Indonesia maupun dunia. Contohnya seperti yang dikatakan Michael H. Hart seorang penulis Barat terkenal, dalam bukunya "The 100 a Ranking of The Most Influential Persons in History" menuliskan bahwa Nabi Muhammad sebagai pemimpin yang paling berpengaruh di dunia. Ataupun dalam dalam negeri,  Nadiem Makarin sebagai Co-Founder & CEO GO-JEK yang membuat inovasi baru untuk masyarakat dalam bidang transportasi online.

Generasi Milenial adalah generasi yang paling dahsyat mengalami Globalisasi dimana kita bisa berkomunikasi tanpa batas dari jarak yang hampir dikatakan tidak mungkin seperti kata Fukuyama dan hal tersebut bisa menjadi salah satu gangguan yang harus dihadapi oleh Milenial. 

Dengan hal tersebut Globalisasi membawa dampak-dampak turunan seperti dari sisi bisnis, orang dengan gampangnya meeting melalui video call. Sedangkan dari sisi konsumsi, efek sosial nya adalah orang menjadi lebih konsumtif dikarena kan kemudahan orang tersebut untuk membeli. 

Selepas itu, mereka lebih mementingkan pengalaman yang berasal dari perjalanan kehidupan yang mereka lakukan, pengalaman tersebut akan menjadi topik pembicaraan saat mereka hangout yang merupakan kebiasaan impulsif mereka pula oleh karena itu menurut Doglas Boneparth berkata kaumg milenial ini tidak punya tujuan finansial yang jelas, padahal umumnya berpenghasilan besar, tapi banyak yang gagal dalam mengelola keuangan.

Lantas, Bisakah Generasi ini yang sudah memasuki usia produktif bisa membeli hunian nyaman di Jakarta? Jawabannya adalah ya, bisa. Yaitu dengan tinggal di Apartemen, di beberapa kota di negara lain sudah terjadi dan berhasil, hal ini adalah salah satu solusi yang paling masuk akal bagi pemerintah dan pengembang-pengembang saat ini. Tapi hal ini tidak memberi milenial sebuah atap.

Untuk itu pola pikir manusia lah yang harus diubah, terutama bagi Milenial yang sedang merintis dan membangun keluarga demi melanjutkan kehidupan lebih sejahtera. Milenial bisa mempunyai rumah dengan atap tetapi tidak di Jakarta, melainkan di daerah samping. 

Pola pikir yang harus dirubah itu sendiri yaitu yang dimana Milenial tidak harus mempunyai hunian dan pekerjaan di Jakarta, seperti mereka kerja di Ujung Berung dan memiliki rumah di Jakarta. Melainkan, Milenial dicarikan kerja di tempat lain dan memulai kehidupan dari awal di lingkungan tersebut dengan membeli rumah yang masih di ring satu di area itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline