HAMPA
Oleh: Syarifudin, S.Pd.
Pada senja kupatukkan harapanku
karena siang dan pagi telah terlewati
Putaran waktu di dinding kamarku
menjadi saksi perjalananku sampai kini
Aku yang hanya pemuda tanpa gelar
Hanya merasakan hingar bingar
Hanya merasakan garam tanpa bumbu penyedap rasa
Hampa kulihat negeriku
Tanah subur, hati tak jujur
Gemah ripah, hati masih serakah
Mulut menyapa santun mengucap salam, hati masih saja kejam
Pukul sana, pukul sini
Suap sana, suap sini
Ketok palu tanpa malu
Pertiwi mulai sayu
Hampa kulihat negeriku
Ketika cerita koper uang tanpa nama
Masuk dalam penuntasan perkara
Tikus-tikus bersinergi menjaga rahasia
Panggil sana, panggil sini
Lari sana, lari sini
Demi saksi pandai bicara tanpa realita
Pertiwi mulai buta
Hampa kulihat negeriku
Ketika kantong-kantong instansi
Berlari ke rekening yang tak pasti
Sedang jeritan dari bawah tak terdengar
Jeritan orang kelaparan
Jeritan gizi kurang
Jeritan anak putus sekolah karena biaya
Mereka masih sibuk berbisik
Di ruang pertemuan antar teman
Memikirkan tempat lari, tempat sembunyi
Pertiwi mulai tuli
Andai saja, aku duduk di sampan dengan dayungnya
Bukan kapal pesiar dengan lidinya
Aku akan cepat sampai muara
Pertiwi akan jadi garuda sesungguhnya
Pertiwi akan mampu mengepakkan sayapnya
Terbang bertengger dengan gagahnya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H