Lihat ke Halaman Asli

Syarifudin

Guru Bahasa Indonesia SMK Negeri 1 Blora

Hampa

Diperbarui: 6 Januari 2023   03:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

HAMPA

Oleh: Syarifudin, S.Pd.

Pada senja kupatukkan harapanku
karena siang dan pagi telah terlewati

Putaran waktu di dinding kamarku
menjadi saksi perjalananku sampai kini

Aku yang hanya pemuda tanpa gelar
Hanya merasakan hingar bingar
Hanya merasakan garam tanpa bumbu penyedap rasa

Hampa kulihat negeriku
Tanah subur, hati tak jujur
Gemah ripah, hati masih serakah
Mulut menyapa santun mengucap salam, hati masih saja kejam
Pukul sana, pukul sini
Suap sana, suap sini
Ketok palu tanpa malu
Pertiwi mulai sayu

Hampa kulihat negeriku
Ketika cerita koper uang tanpa nama
Masuk dalam penuntasan perkara
Tikus-tikus bersinergi menjaga rahasia
Panggil sana, panggil sini
Lari sana, lari sini
Demi saksi pandai bicara tanpa realita
Pertiwi mulai buta

Hampa kulihat negeriku
Ketika kantong-kantong instansi
Berlari ke rekening yang tak pasti
Sedang jeritan dari bawah tak terdengar
Jeritan orang kelaparan
Jeritan gizi kurang
Jeritan anak putus sekolah karena biaya
Mereka masih sibuk berbisik
Di ruang pertemuan antar teman
Memikirkan tempat lari, tempat sembunyi
Pertiwi mulai tuli

Andai saja, aku duduk di sampan dengan dayungnya
Bukan kapal pesiar dengan lidinya
Aku akan cepat sampai muara

Pertiwi akan jadi garuda sesungguhnya
Pertiwi akan mampu mengepakkan sayapnya
Terbang bertengger dengan gagahnya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline