Di dunia sepakbola roda nasib berputar lebih cepat. Beberapa minggu yang lalu Jose Mourinho masih mengomentari dan memberi simpati atas nasib Garry Monk, koleganya yang didepak manajemen Swansea City. Kini justru apa yang ia alami menuai simpati, Hari-hari ini dunia sepakbola sedikit terkaget-kaget terhadap apa yang menimpa The Special One. Roman Abramovich sang empunya klub, memecatnya sebagai pembesut Chelsea. Rentetan hasil buruk yang dialami Chelsea awal musim ini seolah laku tak berampun bagi seorang Roman Abramovich. Berada di posisi 16 hasil dari 16 pertandingan jelas tidak sepadan dengan gelontoran dana 69,3 Milyar Pound yang diberikannya pada Mou untuk membeli pemain. Dari sisi ini pantas seorang Abramovich tersentan dan kita pun terheran-heran dengan apa yang menimpa pasukan Mourinho!
Tampak tak punya hati apalagi apresiasi, namun itulah yang terjadi. Chelsea sekarang adalah Chelsea yang tidak boleh kalah. Bukan Chelsea 20 tahun yang lalu ketika masih berkelas tim medioker Liga Inggris. Konon dulu Chelsea dulu aktualisasi kaum snobbish Kota London yang sepertinya tidak terlalu mementingkan prestasi. Beda dengan Chelsea sekarang. Chelsea kini adalah entitas bisnis. Modal yang ditanam harus ada timbal balik, ada hitungan-hitungan untung ruginya. Tidak ada makan siang gratis.
Guyuran uang yang hampir tak terbatas dari taipan Rusia itu memang sepertinya bisa mengakselerasi prestasi. Chelsea kini dapat disejajarkan dengan Manchester United, Arsenal. Diikuti The Citizen, Chelsea seolah menggusur Liverpool dan Tottenham Hotspur dari jajaran klub besar Liga Inggris. Titel juara BPL dan trophy Liga Champion, Carling Cup dan FA Cup adalah bukti keberhasilan pencapaian Chelsea. Namun apa yang menimpa Chelsea saat ini adalah bukti uang dan kuasa tidak selalu mampu menghentikan putaran roda nasib. Siklus kehidupan, pergiliran kejayaan terlalu tangguh untuk dilawan dengan logika dan mata uang! Kalau sekedar memperlambat dalam beberapa kasus mungkin ya! Adakala uang dan kuasa begitu digjaya di atas kertas. Pada realitanya terlalu banyak variable yang terlalu sulit untuk direkayasa. Pertandingan sepakbola tidak dilaksanakan di ruang vakum. Stadion sepakbola bukan ruang hampa udara yang membuat rumus-rumus eksakta seolah jadi raja.
Tapi bagaimanapun Jose Mourinho adalah legenda hidup. Anak dari Felix Mourinho ini mengawali karir sebagai penterjemah Bobby Robson di Sporting Lisbon. Talenta dan kecerdasannya membuat ia mampu menyerap ilmu pelatih legendaris Inggris itu. Keberhasilannya menjuara liga domestik dan Liga Champion bersama Porto membuat ia mendunia dan dapat mendarat di berbagai klub Elit Eropa; Chelsea, Intermilan dan Real Madrid. Disamping talenta kepelatihannya ia juga berbakat dalam pyswar, hal yang membuat ia terkadang kontroversial! Tapi itulah The Special One. Pemecatannya tidak akan membunuh karirnya sebab ia memang berkualitas. Orang hanya kadang terlalu cepat mengambil keputusan!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H