Lihat ke Halaman Asli

Politik Kalender Di Tahun Baru

Diperbarui: 29 Desember 2017   08:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sejatinya kalender itu hanya berisi angka-angka dan huruf yang menunjukan tanggal-tanggal, bulan, tahun beserta nama-nama hari dan bulan. Kalender yang lengkap biasanya selain memuat penanggalan Masehi dan Hijriah, terkadang juga ada yang mencantumkan perhitungan penanggalan jawa dan imlek.Kalender yang baik tentunya juga mencantumkan kapan dan hari apa ada libur nasional dan cuti bersama. Tanggal merah inilah yang menjadi daya tarik tersendiri bagi para pekerja formal. Apalagi manakala ada hari libur di Hari Selasa dan Hari Kamis, alamat bakalan ada cuti bersama dan libur akan semakin panjang.  Kekecewaan akan muncul ketika hari libur jatuh pada hari minggu atau hari sabtu bagi yang tempat bekerjanya memakai sistem 5 hari kerja.  Hari libur masih menjadi hari yang begitu dinanti oleh sebagian masyarakat kita. Sebagai bukti kita belum sukses secara hakiki karena konon menurut Mario Teguh, orang yang sukses bisa berlibur kapan saja.

Tapi ada juga yang kurang suka pada tanggal merah. Mereka itu biasanya para pekerja di sektor informal yang menjadikan pekerja formal sebagai target utama pasarnya. Hari libur nasional akan membuat mereka kehilangan omset yang cukup signifikan. Para pekerja informal sebenarnya memiliki etos kerja yang tinggi. Kehadiran mereka ikut menggerakkan sektor riil. Merekalah yang sebenarnya berhak menyandang sebutan sebagai pelaku pasar. Tapi sistem ekonomi yang berpihak kepada mereka yang bermodal besar membuat mereka terkadang termarjinalkan oleh aturan-aturan dan menjadi asing di tanahnya sendiri.

Bila dibandingkan dengan kalender-kalender di negara lain, Indonesia merupakan negara dengan jumlah haru libur  yang cukup banyak. Ini mungkin disebabkan karena kita adalah bangsa yang sangat menghargai sejarah atau bisa jadi pula kita bangsa yang senang terhadap sesuatu yang sifatnya seremonial. Hingga momen penting kesejarahan akan diakui nilai kesejarahannya manakala menjadi sebuah hari libur nasional. Hal ini banyak dikeluhkan oleh para investor yang menjadikan Indonesia sebagai basis produksinya.  Bagi mereka libur berarti berhentinya roda produksi. Ini sama artinya dengan menurunnya produktifitas dan meningkatnya opportunity cost. Waktu adalah uang betul-betul mereka maknai sebagai roh kehidupan.

Kalender merupakan hal lain yang menarik terkait momen pergantian tahun.  Institusi bisnis biasanya memberikan kalender secara cuma-cuma bagi para relasi bisnisnya. Dengan harapan hubungan bisnis akan terus berlangsung dimasa yang akan datang. Terkadang ada organisasi yang menjadikan kalender organisasinya sebagai media pengumpulan dana (fund rising), untuk kasus seperti ini harga jualnya dapat berkali-kali lipat dari harga produksinya. Hal ini wajar-wajar saja karena selain berfungsi sebagai referensi penanggalan, kalender seperti ini menjadi representasi keikutsertaan dan keterikatan  dalam sebuah organisasi tertentu.

Politik Kalender di Tahun Politik

Konon tahun 2018 dan 2019 adalah tahun politik, maka sekarang mulai ramai politik kalender. Secara sederhana kalender politik disini adalah upaya mendapat suara atau dukungan politik melalui penyebaran  kalender yang memuat gambar tokoh politik baik lokal maupun nasional dan lambang partai politik.  Dengan kata lain politik kalender adalah  upaya pemanfaatan kalender sebagai media untuk mendapat keuntungan politik. Kalender masih dipercaya oleh para pelaku politik sebagai media mempromosikan diri dan partainya dengan biaya yang relatif murah. Kalendernya itu sendiri kita namakan Kalender Politik. Media ini merupakan buah tangan yang cukup elegan dari seorang tokoh politik dan partai politik bagi para simpatisan dan calon simpatisannya pasca sebuah acara silaturahmi politik.

Bagi kalangan tertentu penempelan kalender politik di ruang tamu rumahnya merupakan salah satu kebanggaan tersendiri.  Kalender itu akan bermakna sebagai aktualisasi pilihan politik sekaligus keterikatan emosional dengan tokoh dan partai politik yang bersangkutan. Bagi mereka penempelan kalender tersebut merupakan ritual politik sehingga jangan harap ada kalender partai lain di rumahnya. Berbeda dengan dengan kalender politik yang dipasang di warung-warung. Di tempat seperti itu kita akan menemui lebih dari satu kalender politik.  Tidak ada hubungan serius antara sikap pemilik warung dengan kalender-kalender itu, karena bagi mereka keberpihakan yang ditampakan akan berbahaya bagi kelangsungan bisnis. Kecuali memang pemilik warung itu tim sukses atau pengurus partai politik tertentu.

Isi dan tampilan  artistik kalender politik bisa bermacam-macam. Tapi satu hal yang jelas, gambar tokoh politik dan partai politik akan mendominasi. Ada kalender yang lebih mengedepankan lambang partai, kalender seperti ini biasanya dipakai oleh politisi yang menjadikan nama, dan nilai historis partai sebagai daya tarik dan daya jual. Partai tersebut biasanya telah mempunyai brandawareness (kesadaran merek) dan brand positioning (posisi merek) yang tinggi dibenak konsumen.

Siapapun orang yang dicalonkan dari partai tersebut maka akan dipandang positif dan capable seperti partainya. Lalu ada kalender yang lebih menonjolkan figur tertentu disamping politisi produsen kalender itu sendiri, metode ini biasanya dipakai oleh politisi yang masih percaya pada konsep patron client, pilihan seorang tokoh atau posisi seorang tokoh di partai politik akan diikuti oleh massa yang mengidolainya.

Kebesaran  tokoh yang menyertai dianggap akan ikut mengatrol popularitas dirinya. Yang menarik adalah manakala yang dominan adalah sosok personal politisinya. Partai politik dan politisi seperti ini biasanya sedang melakukan upaya penokohan. Karakter dan kapabilitas yang dipunyainya menjadi andalan untuk menggaet masa dengan ditunjang oleh citra partai yang ditampilkan selama ini.

Kalender politik jelas tidak berbayar. Tampilannya pun sederhana dan terkadang gambar tokoh politik dan partai politik lebih dominan dibanding angka-angka dan huruf-huruf yang membentuk sebuah kalender. Kita jarang menemukan kalender politik yang lebih dari satu lembar kertas apalagi dicetak dengan kertas luks. Tapi bagaimanapun kalender politik tetap mempunyai pesan tertentu yang diingin disampaikan kepada konsumennya dengan memanfaatkan momentum pergantian tahun.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline