Kopi merupakan salah satu komoditi terbesar di Indonesia setelah kelapa sawit, karet, dan kakao. Seiring dengan tren gaya hidup ngopi di Indonesia yang kian meningkat. Java Coffee Culture (JCC) kembali diadakan oleh Bank Indonesia Jatim, untuk memperkenalkan perkembangan kopi di Indonesia. Bertajuk "How to bring Nusantara coffee to International Markets", ingin mengajak para UMKM agar berani menerobos pasar global. Sekaligus menjadi bekal untuk UMKM agar bisa menyajikan produk kopi terbaiknya di World of coffee Jakarta yang akan diadakan pada 15-17 Mei 2025 nanti.
Tahun ini merupakan tahun ketiga JCC, yang diadakan bersamaan dengan Festival Peneleh Surabaya. Senang sekali, saya bersama rekan-rekan dari komunitas CAK KAJI berkesempatan hadir di Coffee Talk, bertempat di Hotel Double Tree Surabaya.
Kopi dan komunitasnya
Jika berbicara kopi maka erat kaitannya dengan komunitas.
"Kopi tak hanya sekadar cita rasa, tapi juga membangun relasi dari hulu ke hilir." Muhammad Aga - Roaster & Professional Q grader.
Saya sudah bekerja di industri kopi dari tahun 2009. Berawal dari profesi barista, kemudian memberanikan diri untuk mengikuti kompetisi dan berhasil memenangkan kompetisi. Saat itu bekerjasama dengan salah satu processor dari Sumatera lewat komunitas. Waktu kompetisi, ia bersaing dengan kopi dari Columbia, Panama, Etiopia, yang notabene dari penilaian subyektif bisa jadi kopi dari negara-negara tersebut rasanya lebih mantap.
Tapi jika kopi dikemas dengan story telling, proses dari hulu ke hilir malah menjadi poin plus penilaian juri.
Sebagai pembeli kopi, ia tak ingin hanya sekadar membeli saja, namun ingin menjalin koneksi dengan para petani kopi.
Lewat Tomoro, ia menjadi Q grader dan memutuskan ingin memperkenalkan Kopi Bali ke masyarakat lewat racikan kopi Tomoro.
Ia pun sempat bertanya pada teman-teman tentang ekspektasi apa yang mereka ingin dapatkan dari kopi special grade dan commercial grade.
Ketika beli kopi dengan kualitas spesial grade, maka yang dituju adalah market khusus, fokus pada cita rasa yang tak monoton dan kompleks, cup quality di atas 80, hargana jauh lebih tinggi, menghasilkan kopi yang lebih sedikit.
Sedangkan dari segi commercial grade, ekspektasi yang diharapkan yaitu fokus ke pasar penikmat kopi pada umumnya, fokus ke hasil yang konsisten, contohnya seperti di Brazil yang sudah menggunakan mesin untuk proses kopi, produksi lebih cepat dan lebih banyak.
Kunci faktor kopi yang dicari oleh pasar eksport:
Indonesia sebetulnya punya banyak origins kopi yang berbeda-beda, tiap daerah punya ciri khas masing-masing. Permintaan dari luar akan kopi special grade ini kian meningkat. Teman UMKM bisa lebih mengangkat kopi dari daerahnya masing-masing untuk memperkenalkan cita rasa kopi ke khalayak.