Lihat ke Halaman Asli

Syari Fani

Blogger Surabaya

Peluang Kerja untuk Gen Z Lulusan Sastra Jadi Editor

Diperbarui: 5 Juni 2024   06:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok. unsplash

Waktu para seleb beramai-ramai bikin buku, saya salut sama isinya yang ternyata mudah dibaca, tata bahasanya, alurnya, disusun sedemikian rupa hingga menjadi buku komersil. Padahal mereka tak ada latar belakang sebagai penulis. Kok bisa ya?

Tentu berkat kerjasama tim baik antara penulis dengan editor. Lantas seberapa besar peran pekerjaan editor saat menyusun buku? Apa saja yang harus dikerjakan editor aga menghasilkan karya yang ciamik? Semuanya terjawab dalam sesi IG live bersama CAK KAJI dan Mas Rudi @belalangcerewet bertajuk Sharing seputar profesi editor, "Dibayar untuk cari kesalahan".

Mas Rudi merupakan editor senior yang sudah berpengalaman menjadi editor di penerbit buku populer, genre motivasi dan bisnis. Tak hanya editor buku bahasa Indonesia, Mas Rudi juga pernah juga berkerja sebagai editor Kamus Indonesia-Inggris, karya Hassan Sadily dan John M. Echols terbitan Gramedia. Jadi kemampuan bahasa Inggrisnya tak perlu diragukan lagi.


Apa saja job desc editor?


Dalam penerbitan buku ada dua macam editor. Ada editor akuisisi yang biasa disebut editor dan penyunting naskah yang beken disebut kopieditor.

Selain menyunting materi naskah, editor akuisisi juga punya tugas merencanakan buku apa saja yang akan diterbitkan, berkomunikasi dengan penulis atau calon penulis, serta memutuskan mana naskah yang layak diterbitkan atau tidak.

Kopieditor bertanggung jawab memeriksa ketepatan ejaan, tata bahasa, dan stuktur kalimat agar naskah dapat disusun menjadi bacaan yang layak dinikmati para pembaca.

Kopieditor selalu mendapat pengarahan dari editor dalam menyunting bacaan sesuai kebutuhan.

Dalam praktiknya, penerbit menyatukan dua peran editor dan kopieditor menjadi satu posisi. Sehingga hanya memperkerjakan satu orang editor maupun kopieditor. Tujuannya untuk memangkas alur kerja dan pengeluaran.


Pesan untuk Gen Z yang ingin menekuni profesi editor


Ternyata lumayan berat juga ya jadi editor karena harus merangkap job desc dengan kopieditor. Memang profesi ini sepertinya kurang populer di Gen Z karena berada dibalik layar serta butuh keahlian khusus menguasai ejaan, tata bahasa, selalu berpegangan pada kamus dan tesaurus, punya kemampuan komunikasi mumpuni untuk jalin hubungan antara penulis dan pembaca, jeli untuk melihat tren pasar, bisa berbahasa asing, punya kepekaan bahasa untuk mengemas atau mengolah naskah, berwawasan luas, punya kemampuan menulis.

Modal utama editor memang harus suka baca buku. Setidaknya profesi ini tetap dibutuhkan tak hanya untuk penerbitan buku, tapi juga untuk editing video, media daring, naskah film.

Gen Z lulusan sastra besar peluangnya menjadi editor, ada yang ingin mencoba?    




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline