Lihat ke Halaman Asli

Syari Fani

Blogger Surabaya

Anak Menunjukkan Gejala Alergi? Jangan Panik, Lakukan Cara Ini

Diperbarui: 19 April 2021   14:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber ilustrasi: Shutterstock

Ketika melihat keponakan gatal-gatal pada kulitnya lalu muncul ruam merah, awalnya saya kira hanya terkena biang keringat. Setelah saya tanyakan ke ibunya ternyata gatal-gatal pada kulit sering muncul dan mengganggu. 

Karena khawatir dengan badan gatal-gatal yang sering muncul dan tak kunjung sembuh, dia pun berkonsultasi dengan dokter anak. Dari diagnosa dokter anak, beliau memberi kesimpulan bahwa badan gatal-gatal merupakan gejala alergi yang ditimbulkan. 

Sejak saat itu, orangtuanya berusaha mengubah pola hidup dan hasilnya menggembirakan. Tak cuma gatal alergi yang berangsur-angsur menghilang. Keponakan tumbuh sehat dan tumbuh kembangnya berjalan baik.

Cara Mendeteksi Anak Alergi

Sebelum saya bahas lebih lanjut tentang, cara mendeteksi alergi izinkan saya membahas lebih dulu tentang "apa itu alergi?"

Alergi merupakan respons tubuh yang abnormal (hipersensitif) terhadap pajanan bahan atau zat yang tidak berbahaya bagi tubuh atau biasa disebut alergen, ucap Dr. Molly Dumakuri Oktarina, SpA-K pada kelas 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) Tata Laksana dan Pencegahan Susu Sapi di hari kedua Danone Blogger Academy 3.

Penyakit alergi bisa timbul bila ada faktor genetik dan faktor alergen. Ada pun faktor pemicu yang bisa meningkatkan resiko terkena alergi seperti, antibiotik, bedah sectio caesarea, maupun asap rokok.

Nah, bila orang tua menemui tanda-tanda anak alergi, tak pelu langsung khawatir. Alergi dapat ditangani apabila orang tua melakukan tiga langkah, yaitu Kenali, Konsultasikan dan Kendalikan (3K). Langkah 3K ini bisa dilakukan sebagai upaya awal untuk mengatasi gejala alergi.

  1. Kenali riwayat kesehatan orang tua
    Risiko alergi pada anak bisa lebih dulu diperkirakan dengan mengamati riwayat kesehatan orang tua. Bila kedua orangtua memiliki alergi maka risiko anak mengalami alergi sebesar 40-80%. Bila hanya salah satu orangtua saja yang memiliki alergi maka risiko terkena alergi sebesar 20-30%. Bila saudara kandung memiliki alergi maka risiko terkena alergi sebesar 25-30%. Bila kedua orangtua tidak memiliki alergi, anak tetap dapat terkena alergi dengan rasio sebesar 5-15%.
  2. Kenali dari dalam kandungan
    Secara teori, alergi bisa di deteksi sejak dalam kandungan meski perlu perlu penelitian lebih dalam. Sebuah studi yang dipublikasikan oleh World Allergy Organization Journal (2009) mengungkapkan, paparan terhadap zat alergen tertentu pada ibu hamil bisa memicu respons imun pada janin.
    Selain itu, perubahan gerakan janin juga diduga memiliki korelasi terhadap risiko timbulnya alergi pada buah hati di kemudian hari. Gerakan janin yang amat meningkat terutama pada malam hingga pagi hari merupakan faktor prediktif yang cukup kuat bahwa buah hati berisiko alergi.
  3. Kenali pada usia balita
    Gejala alergi pada usia balita dapat muncul dalam berbagai bentuk, mulai dari dari suara napas berat (berbunyi "grok-grok") pada bayi, kulit sensitif (sering muncul bintik atau bisul kemerahan pada pipi, telinga, dan daerah yang tertutup popok), sakit perut (kolik), kotoran telinga berlebihan, sering menderita pilek berkepanjangan, sering bersin dan batuk terutama malam dan pagi hari, dan sebagainya.
    Bila anak mengalami gejala tersebut, konsultasikan pada dokter mengenai kemungkinan anak menderita alergi.
  4. Konsultasikan secara ilmiah oleh ahlinya
    Bila anak mengalami alergi, kita bisa memastikan zat-zat apa saja yang menjadi faktor pencetusnya melalui tes berikut:

Skin Prick Test (Tes Tusuk)

Melalui Skin Prick Test (SPT), dokter akan meneliti reaksi tubuh terhadap lebih dari 33 jenis alergen, mulai dari alergen yang dihirup (debu, tungau, serbuk bunga, dll) sampai alergi makanan (susu, seafood, kacang, dll).

Pemeriksaan dimulai dengan cara meneteskan beberapa jenis cairan alergen pada kulit area lengan bawah untuk selanjutnya dilakukan penusukan/pencukitan pada kulit tersebut menggunakan jarum khusus. Hasil tes bisa diketahui dalam 15-20 menit.

Tes Darah

Pemeriksaan akan dilakukan terhadap sampel darah yang diambil dari tubuh anak. Tes darah biasanya dilakukan terhadap pasien alergi yang tidak bisa menjalani SPT karena berbagai penyebab. Dibandingkan SPT, tes darah memerlukan biaya yang lebih tinggi meskipun akurasi hasilnya terbilang setara.

Uji Tempel Kulit

Pemeriksaan ini dilakukan untuk evaluasi reaksi hipersensitivitas tipe lambat. Uji tempel kulit dilakukan dengan cara menempelkan alergen pada kulit selama 2-3 hari.

Mengenal Alergi Susu Sapi

Grafik ini menunjukkan perjalanan berbagai macam bentuk alergi anak. Dok: Dr Molly, SpA-K

Mungkin sudah sering mendengar tentang alergi susu sapi atau biasa disebut intoleransi laktosa. Alergi susu sapi tak hanya dialami oleh bayi yang mengonsumsi susu sapi, bisa juga dialami oleh bayi yang mengonsumsi ASI. 

Saat ini, angka kejadian alergi susu sapi sekitar 2-7,5% dan reaksi alergi pada susu sapi masih mungkin terjadi pada 0,5% pada bayi yang mendapatkan ASI ekslusif.

Intoleransi laktosa yaitu suatu keadaan tidak adanya enzim laktulosa yang berfungsi dalam penyerapan laktosa atau gula sederhana (disakrida) yang terdapat dalam susu. Hal ini menimbulkan gejala yang berkaitan dengan pencernaan seperti mencret atau kembung setelah minum susu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline