Nindya Praja (tingkat 3) IPDN pada tanggal 19 Desember lalu menjadi pengisi acara dalam peringatan Hari Juang Kartika atau Hari Infanteri ke-65. Perannya? Main angklung dibarengi dengan Saung Mang Udjo yang sudah melanglang buana ke pecahan dunia di berbagai penjuru mata angin. Kami memainkan dua lagu, dengan durasi sekitar 8 menit 20 detik.Lagu yang kami mainkan adalah Karatagan Pahlawan dan Manuk Dadali, yah meski belum pernah dengar lagu-lagu ini sebelumnya tetapi akhirnya dengar lagu ini setelah jadi kader perekat bangsa. Bahkan rekan-rekan Mace Pace dari Papua lancar memainkan angklung untuk mendukung acara.
Main angklung cukup mudah, dengan hand sign saja bahkan bule juga bisa main. Cara memperkenalkan budaya dan heritage kita kepada dunia dengan mengajarkannya adalah salah satu cara melestarikan apa yang kita miliki, agar dunia tahu bahwa yang mengajarkan, memperkenalkan, dan memiliki budaya itu adalah Indonesia, dan juga sebagai cara agar kita tidak lagi 'kebakaran jenggot' seperti saat negara tetangga agak menguji kesabaran kita beberapa tahun lalu.
Pertanyaan saya, apa kita sanggup mempertahankan apa yang kita miliki? Jawabannya, lihat apa yang biasa dilakukan anak-anak muda. Bukan budaya kita yang berkembang dan terus tumbuh di dalam masyarakat kita sendiri, melainkan budaya populer (pop culture) seperti Korea yang merambah remaja kita. Bukannya mengkritik dan menggurui, tetapi lihat realita. Berapa orang generasi muda kita yang lebih hapal lagu daerah dan nasional dibanding jumlah personil SuJu dan drama ter-in sekarang? Berapa orang yang lebih tergetar nasionalismenya saat nonton 'Indonesia Tanah Surga, Katanya' dibanding histeria saat Lee Min Ho atau siapa lah namanya saya tidak hapal datang ke Indonesia?
Jawabannya, lihat sekitar Anda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H