Lihat ke Halaman Asli

syarifah mawaddah

Tenaga kependidikan sekaligus dosen

Menjauhi Riba

Diperbarui: 28 September 2023   18:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pak Ali dan mbok Wardah memiliki dua orang anak perempuan dan seorang anak laki -- laki yang sebentar lagi akan masuk ke sekolah dasar. Tidak sama seperti waktu sebelumnya, tahun ini anak anak mbok Wardah harus tidur terpisah di kamar masing -- masing. Anak lekaki tidur dikamar sendiri begitupun dengan anak perempuannya. Maka dari itu mbo wardah dan suaminya berencana untuk merenovasi rumahnya agar bisa dibuatkan satu kamar lagi untuk anak perempuan mereka. Sayangnya rencana untuk merenovasi rumah tidak berjalan mulus dikarenakan memerlukan biaya yang tidak sedikit.

"kita sudah kehabisan bahan -- bahan bangunan mi. Sepertinya belum bisa selesai dalam waktu dekat." pak Ali berucap sambil sesekali menyesap kopi buatan istrinya.

"kalau begitu gimana jika besok abah temenin umi pergi menggadaikan beberapa perhiasan umi. Insya Allah cukup untuk membeli bahan -- bahan yang kurang." Mbok Wardah yang tidak sabaran mencoba mencari jalan pintas dengan membujuk Pak Ali untuk menggadaikan beberapa perhiasan yang dimilikinya.

Pak Ali menghela nafasnya. " umi, bukankah umi sudah tahu kalau itu merupakan perbuatan riba? Memangnya umi mau menanggung dosa akibat riba?" dengan sabar pak Ali mengingatkan mbok Wardah. Pak Ali adalah sosok yang tidak suka berhutang, apalagi sampai mendapatkan hutangan dengan cara riba. Biarlah belum punya uang asalkan jangan berhutang apalagi berurusan dengan riba. Begitulah prinsip yang dipegang teguh oleh pak Ali selama ia hidup.

"tapikan hanya dengan cara seperti itu kita bisa dapatkan uangnya bah. Nanti kalau kita dapat pemasukan lebih baru kita tebus barangnya." Sanggah mbok Wardah. Mbok Wardah masih tetap ngotot ingin cepat menyelesaikan renovasi rumah mereka.

" insya Allah pintu rezeki akan ada jalannya." Sahut pak Ali sambil mengipas -- ngipaskan bajunya agar keringat dibadannya cepat mongering. Tak lama pak Ali beranjak masuk ke dalam rumah berlalu meninggalkan mbok Wardah yang masih dengan mulut manyunnya.

Hari berlalu seperti biasanya. Mbok Wardah sudah mulai melepaskan ambisinya untuk cepat menyelesaikan tahapan renovasi rumahnya ketika terdengar nada sambung pada benda pipih di atas meja kantornya.

" Assalamualaikum."

" Waalaikumsalam. Wardah, ini mpok Nelly mau ngabarin ada yang mau ngontrak rumahmu yang dikampung. Kalau kamu setuju besok orangnya mau survey."

Maka disepakatilah bahwa rumah mbok Wardah yang di kampong halamannya akan disewakan dengan uang sewa yang sesuai namun cukup untuk biaya renovasi rumah mbok Wardah. Uang sewapun ditransferkan satu hari setelah percakapan Antara mbok Wardah dan mpok Nelly disepakati.

Pak Ali dan mbok Wardah memiliki dua orang anak perempuan dan seorang anak laki -- laki yang sebentar lagi akan masuk ke sekolah dasar. Tidak sama seperti waktu sebelumnya, tahun ini anak anak mbok Wardah harus tidur terpisah di kamar masing -- masing. Anak lekaki tidur dikamar sendiri begitupun dengan anak perempuannya. Maka dari itu mbo wardah dan suaminya berencana untuk merenovasi rumahnya agar bisa dibuatkan satu kamar lagi untuk anak perempuan mereka. Sayangnya rencana untuk merenovasi rumah tidak berjalan mulus dikarenakan memerlukan biaya yang tidak sedikit.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline