Sore itu, tanggal 21 September 2013..jam 14.00..Teman-teman menunggu dengan sabar kedatangan Amri (anggota Mapalaska UIN Suka Yogyakarta)..sembari menunggu kami check list persiapan satu persatu, berharap tak ada barang yang ketinggalan saat mendaki puncak Kenteng Songo, Gunung Merbabu..Kami berjumlah 12 orang pria semua..10 dari UIN Yogyakarta dan 2 teman kami dari UGM..Menunggu dengan harap-harap cemas, akhirnya sang ahli pendakian pun datang (Amri) pada pukul 15.00..tak lupa solat juhur dulu dan bedoa agar pendakian ini sukses tanpa hambatan apapun..
Berangkat dari kampus UIN Yogyakarta pukul 15.30 dengan menggunakan motor.. perjalanan ke Base Camp Gunung Merbabu via Wekas memakan waktu kurang lebih 2 jam.Semakin ke arah basecamp, dingin semakin menusuk kulit, maklum posisinya yang diatas memberikan wahana baru untuk kami seolah-olah berada di Eropa, bagaimana tidak..berbicara saja keluar asap. Nampak Tuhan menyambut kedatangan kami dengan memberikan sinar matahari dan gunung-gunung yang terlihat dari kejauhan..sungguh Tuhan itu indah..
Hari semakin gelap, tepat pukul 17.30 sampai lah kami di basecamp pendakian.Istirahat sejenak melepas keletihan perjalanan dan tak lupa makan bareng, berharap tenaga tetap fit terjaga.Sekitar jam 21.00 kami berangkat dari basecamp menuju puncak Merbabu, tak lupa mengisi identitas diri di pos penjagaan sebagai tamu masuk. Sebelum memulai perjalanan tak lupa berdoa kepada Yang Esa. Perjalanan pun dimulai, pelan-pelan kami berjalan dengan menggunakan senter di bawah terangnya sinar rembulan yang melihat perjalanan kami. Akar-akar pohon pun tak mau ketinggalan melihat perjalanan kami. Terkadang kami istirahat untuk memulihkan stamina sambil berharap pos 2 terlihat. Pos 2 adalah tempat istirahat para pendaki sebelum melanjutkan pendakian ke puncak Merbabu, Kenteng Songo.
Pukul 23.25, akhirnya kami sampai di pos 2, di pos 2 telah banyak tenda berdiri, ada yang telah 2 hari di lokasi, ada pula yang baru datang seperti kami. Sampainya di pos 2 tak buang waktu, kami langsung membuat api unggun, dinginnya malam membuat anggota tubuh sulit untuk digerakkan. Terlihat juga teman kami yang mengalami dehidrasi akibat kekurangan cairan.Sebagian dari kami melingkar di api unggun dan ngopi dan sebagian yang lain memasang tenda. Teman-teman yang kelelahan tidur duluan, saya pun juga ikut tidur di tenda dengan menggunakan sleeping bag berharap suhu tubuh tetap terjaga di tengah dinginnya malam. Sebagian teman di luar ngopi sambil ditemani alunan nada suara jangkrik…
Tanggal 22 Sept 2013 Pukul 06.00 kami makan mie bareng , kompor kecil dengan menggunakan parafin menjadi senjata ampuh melawan dinginnya pagi..Selesai masak, mie siap dihidangkan, tanpa segan kami pun menghajar mie hingga habis. Alhamdulillah perut terasa kenyang, stamina kembali ke posisi normal. Selanjutnya kami packing untuk berangkat menuju puncak, barang-barang yang perlu ditinggal di tenda saja agar bawaan tak terlalu berat.
Perjalanan sesi ke 2 pun dimulai, Amri selaku pakar geografi menjadi guider di perjalanan kali ini. Sebelumnya 2 orang dari kami telah ke Merbabu, pasti rute perjalanan mereka hafal,tapi Amri lah yang memang jam terbangnya paling tinggi diantara kami semua, telah banyak gunung yang ia daki. Jujur, ini pendakian saya yang pertama kali.. Sekitar 30 menit perjalanan, Amri dan 2 teman kami itu merasa kebingungan, ternyata mereka lupa rute, maklum sudah lama mereka tak menginjak gunung ini lagi, dengan memakai insting dan tanda-tanda alam, sebagian dari kami melihat peta rute, tetapi tetap saja kebingungan. Semangat yang menyala ditubuh kami dan jiwa yang pantang menyerah untuk sampai ke pucak tertinggi, perjalanan pun tetap dilanjutkan.
Kami berjalan terus mengikuti 3 orang teman kami yang mahir itu membaca tanda-tanda alam. Membaca tanda alamiah dan buatan ini tidaklah mudah, tetapi untuk Amri mungkin itu tidak terlalu sulit. Kami terus berjalan melewati semak belukar dan curamnya jurang. Ada momen dimana kami menyerahkan diri kepada YME saat mendaki batu berpasir yang dibawahnya jurang curam. Sedikit saja kami salah melangkah dan batunya tak mampu menopang, mungkin kami telah jatuh kebawah jurang. Itulah resiko yang kami hadapi ketika tersesat, kami harus berjuang habis-habisan untuk sampai puncak karena rute yang kami lewati bukan rute pada umumnya. Berkat kerjasama dari tim, kesabaran, kehati-hatian dan doa yang tulus kepada Sang Khaliq, akhirnya kami sampai juga melewati rintangan itu. Sebagai pemula, saya sungguh shock ketika dihadapkan dengan kondisi seperti itu. Alhamdulillah Tuhan masih sayang kepada kami.
Perjalanan terus dilanjutkan, kelelahan menjadi hal biasa bagi kami, dari awal pendakian sebenarnya kondisi saya kurang fit karena baru saja sembuh dari sakit, tapi karena keinginan yang kuat untuk mendaki pucak Merbabu, saya abaikan sakit itu. Sebelum berangkat dari kampus UIN Yogya, subuh harinya saya telah latihan fisik sprint, push-up, sit-up,up down ledder dengan stopwatch di Stadion Mandala Krida untuk mengetahui apakah saya layak mendaki atau tidak setelah sembuh dari sakit. Saya menargetkan 6 putaran non-stop, berlari-lari mengitari stadion sebanyak 7 putaran non-stop saya dapatkan. Alhasil saya lulus semua latihan fisik. Kondisi saya yang cepat pulih ini, saya dapatkan mungkin karena saya bukan smoker danrutinitas saya bermain futsal serta badminton yang menyebabkan kuatnya pernafasan diafragma. Sewaktu saya pramuka dulu dan harus mengikuti perjalanan jauh, saya juga melakukan uji kebugaran sebelum keluar-masuk hutan.
Jam tangan menunjukkan pukul 12.00, rute yang kami lalui mulai berada pada titik terang, perjalanan dilanjutkan, kelelahan pun menyelimuti kami, berjuang ke puncak ditemani teriknya matahari, istirahat di ketinggian 3119 MDPL, Puncak Sarif (nama pucak ini seperti nama saya, hee), istirahat kami ditemani oleh pemandangan yang luar biasa diatas awan dan burung elang yang menunjukkan ketangguhannya di depan kami, kami terus mengajar pucak Kenteng Songo, kami tak ingin terlambat mengingat senja akan mengejar kami juga, rintangan demi rintangan kami lewati, keletihan menjadi hal wajar dalam ekspedisi Merbabu ini karena stamina terkuras drastis.
Langkah kami harus tetap bergerak, kerjsama tim jangan sampai pudar. Sampai pada akhirnya pukul 15.30, sampailah kami di Pucak Kenteng Songo, Puncak tertinggi Gn.Merbabu di ketinggian 3142 MDPL. Kelelahan kami terbayarkan seketika saat melihat awan berada di bawah kami, Gunung Merapi pun tepat berada dibelakang kami. Kami sujud syukur atas berkat karunia Tuhan kami bisa sampai di lokasi tertinggi mengingat kami sempat tersesat dalam ekspedisi itu dan nyawa pun menjadi taruhan dalam pendakian kali itu.
Beberapa saat kemudian, setelah kami beristirahat sejenak dan berfoto bersama, tak buang waktu kami segera kembali ke Pos 2 dengan rute normal pada umumnya. Pada malam itu kami memang berencana untuk kembali ke Yogyakarta. Sampai di pos 2 pukul 17.30, tak lupa kami solat dan makan sebelum kembali melanjutkan perjalanan ke basecamp. Singkatnya, sampai di basecamp pukul 20.30 dan saya sampai di kos pukul 00.30 Terima kasih Tuhan atas segala kemurahan-Mu.
#bersama dengan alam, engkau akan tahu arti hidup, dan rimba adalah buku yang siap untuk menjawab tekadmu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H