Lihat ke Halaman Asli

Syarifah Aini

Mahasiswa Ilmu Kesehatan Masyarakat

Cegah Usus Buntu

Diperbarui: 23 Februari 2021   12:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Sering kali kita dengar orang-orang sekitar terkena usus buntu. Orang yang terkena usus buntu bisa dari kalangan mana saja termasuk kalangan anak-anak. Akan tetapi kalangan orang dewasa juga bisa terkena usus buntu. Kadang, orang merasa sepele dengan penyakit ini. Padahal, rasa sakitnya luar biasa hingga sulit diungkapkan. Karena, sikap sepele itu menyebabkan orang enggan menjaga diri agar tidak diserang penyakit ini. Tulisan berikut ini bercerita tentang penyakit usus buntu. Cerita ini di ambil dari kisah yang penulis alami.


Maret 2020 aku duduk dibangku SMA kelas 12. Pada saat itu aku sedang sibuk mempersiapkan diri untuk mengikuti berbagai simulasi ujian. Akan tetapi, semua itu terhenti dikarenakan masuknya berita COVID-19 ke Indonesia. Semua aktivitas dirumahkan termasuk kegiatan belajar mengajar.


Pada awal dirumahkan, aku merasakan sakit perut yang dianggapnya hanya sakit perut biasa. Sakit perut ini timbul tidak berkelanjutan melainkan hanya sesekali saja. Aku tidak terlalu memerdulikannya hanya saja beranggapan bahwasanya jika diberi obat akan sembuh. Saat itu juga, haid ku sudah tidak datang selama 3 bulan belakangan. Selama aktivitas dirumahkan, aku juga sudah jarang berolahraga.


April 2020 kita melaksanakan puasa Ramadhan. Saat itu, sakit perut tetap saja aku rasakan. Sakit yang kurasakan yaitu pada bagian perut atas di sekitar  bagian lambung. Pada saat berbuka puasa, perutku mulai terasa nyeri saat diisi air maupun makanan. Aku selalu merasa mual saat selesai makan. Aku pun mulai berobat ke klinik biasa tempat aku berobat. Dokter mengatakan hanya saja asam lambung ia yang terlalu tinggi. Aku diberi obat oleh dokter dan meminumnya. Akan tetapi, tidak ada juga perubahan yang terjadi pada ia.


Hari ke hari perut ku bertambah sakit. Karna merasa tidak cocok dengan obat yang di minumnya selama 3 hari, aku berobat kembali ke tempat klinik biasanya dengan dokter yang berbeda. Namun, tanggapan dokter tersebut sama saja. Aku di berikan obat yang berbeda lagi dengan obat sebelumnya. Aku berobat di klinik tersebut sebanyak 3x dengan dokter yang berbeda dan diberikan obat yang berbeda juga.
Karna merasa belum ada perubahan juga, Aku kembali berobat lagi ke puskesmas dekat rumah. Aku berobat sebanyak 2x dengan dokter yang berbeda dan obat yang diberikan berbeda juga. Akhirnya karna sudah banyak kali berobat dan tidak merasakan adanya perubahan, aku pun meminta surat rujukan ke RSUD kepada dokter di klinik tempat biasa aku berobat.


Satu bulan penuh aku menahan rasa sakit yang makin lama makin sakit. Mei 2020 tepatnya tanggal 22 Mei 2020 aku rujuk ke RSUD. Aku mengikuti semua prosedur pengobatan mulai dari pendaftaran, cek tensi, cek darah, USG, dan rontgen. Berdasarkan pemeriksaan dr. Darma Yogara . Sp.B menyimpulkan bahwa aku terkena usus buntu. Dokter menyarankan untuk melakukan operasi. Akan tetapi, pada tanggal 24-25 Mei 2020 kita memperingati Hari Raya Idul Fitri maka, operasi ditunda minggu depan.

Tepat pada tanggal 4 Juni 2020 sore hari aku masuk ke rumah sakit untuk tindak lanjut menangani usus buntu. Sampai saat ini terhitung 6 bulan aku tidak datang haid. Malam harinya aku diinfus dan pada pukul 02:00 aku sudah mulai disuruh puasa. Keesokannya pukul 11:00 aku masuk ke ruang tunggu operasi. Pukul 12:30 aku masuk ke ruangan bedah, pukul 13:30 aku selesai operasi.


Dari kasus tersebut dapat kita simpulkan apa itu usus buntu ?, mengapa orang bisa terkena usus buntu?, apa saja gejala usus buntu ?, efek apa yang ditimbulkan setelah operasi ?, tips bagaimana untuk menghindari usus buntu ?, dan tips bagaimana untuk menjaga setelah terkena usus buntu ?.


Sudah mengertikah apa yang dimaksud usus buntu ?


Dari hasil wawancara menurut dr. Zhulhendry, Sp.B  usus buntu merupakan pembusukan yang terjadi pada usus buntu. Usus buntu ini terjadi karna tidak dapatnya usus mencerna makanan yang lama kelaman akan membusuk dan akhirnya terjadi penyumbatan.


Dikutip dari www.halodokter.com Orang yang biasanya terkena penyakit usus buntu akan merasa nyeri di bagian perut kanan bawah. Jika usus buntu ini dibiarkan, usus tersebut akan pecah dan berdampak pada sistem organ tubuh lainnya. Usus buntu ini bisa terkena pada semua usia, namun kebanyakan yang terkena pada usia 10-30 tahun. Bahkan, anak-anak juga bisa terkena usus buntu. Jika usus buntu ini sudah sangat bersifat darurat maka harus segera ditangani. Untuk menangani usus buntu ini hanyalah dengan cara membuang saluran yang tersumbat tersebut atau melakukan operasi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline