Lihat ke Halaman Asli

syarif ridwan

Lahir di Kab. Maros, Sulawesi Selatan, tahun 1969. Usai menamatkan pendidikan di PonPes Darul Arqam Gombara, Makassar pada 1988. Menetap di Jakarta sejak tahun 88 hingga 2013. Kini menetap di Kab. Serang setelah tinggal di Kab. Tangerang hingga 2013.

Anda Tampan dan Cantik? Berhati-hatilah!

Diperbarui: 26 Juni 2015   19:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

[caption id="attachment_25424" align="alignleft" width="125" caption="Dongeng anak-anak blogspot.com"][/caption]

Sudah sepatutnya bagi setiap kita bersyukur kepada Sang Khalik, Allah swt. Yang menciptakan kita sebagai manusia dengan bentuk paling sempurna, tampan, cantik dan menawan hati sebagaimana yang Ia katakan dalam firman-Nya, Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. (QS. at-Tiin: 4) dan bukan sebagai makhluk lain yang ada di muka bumi ini. Walau pada saatnya kelak ketika setiap manusia dimintai pertanggung jawaban di hadapan Sang Maha Perkasa, di antara mereka ada yang akhirnya menyesali diri tercipta sebagai manusia, seraya berkata, Duhai, seandainya saja aku bisa kembali menjadi tanah.” (QS. an-Naba') Keinginan yang mustahil terkabulkan.

Walau pun Allah Ta’ala telah menyatakan dalam firman-Nya bahwa IA ciptakan manusia dengan bentuk paling sempurna, namun tetap saja masih sangat banyak di antara kita yang tidak menyadari nikmat kehidupan ini. Terkadang fisik yang sempurna, organ tubuh yang lengkap, wajah yang tampan dan cantik kerap membuat kita jumawa, angkuh dan sombong. Kita tidak sadar bahwa semua itu adalah pemberian dan titipan Allah semata yang kelak pasti dipertanggungjawabkan. Bahkan pada saatnya nanti mulut terkunci, tangan berkata dan kaki bersaksi atas apa yang dilakukannya.

Salah satu keunikan penciptaan manusia adalah, bahwa tidak seorang pun di antara mereka yang wajah dan rupanya sama persis tanpa perbedaan sedikit pun. Walau terlahir sebagai anak kembar tetap saja  serupa tapi tak sama. Lalu di antara rupa dan wajah manusia ada yang diberi kelebihan berupa ketampanan dan kecantikan. Dan walau wajah tampan dan cantik itu relatif, tapi ada kriteria tertentu yang biasa dijadikan standar penilaian bahwa laki-laki itu tampan dan wanita tersebut cantik. Demikian pula yang wajah dan rupanya biasa-biasa saja, atau jauh dari menarik.

Ketika Allah menciptakan manusia dengan bentuk fisik sempurna, pada saat yang sama juga Allah tidak memandang kesempurnaan dan keindahan penciptaan itu sebagai kemuliaan dan kehormatan di hadapan-Nya. Maka Rasulullah saw. berkata dalam sabdanya, “Sesungguhnya Allah tidak melihat fisik dan rupamu, tetapi yang IA lihat adalah apa yang ada dalam hatimu.” Kerendahan hati, ketulusan, keikhlasan, ketakwaan dan sebagainya yang bersumber dari hati yang baik dengan sendirinya akan melahirkan perilaku, moral dan etika yang baik pula, sehingga keterhomatan itu tidak hanya tumbuh di hadapan manusia, tapi Allah pun menempatkannya pada posisi yang mulia.

Salah satu sifat yang Allah paling benci adalah sifat riya, angkuh dan sombong yang bisa tumbuh dalam diri seseorang karena merasa diri cantik, tampan dan menarik. Sifat ini tanpa kita sadari bisa merasuk dalam diri mengikuti aliran darah diluar factor-faktor lain. Misalnya, merasa diri lebih pintar, kaya raya dan sebagainya. Karena itu, jangan biarkan sifat ini tumbuh liar dalam diri, dengan sebab apapun. Sebab yang berhak sombong dan angkuh hanya Allah semata. Firman-Nya dalam hadit Qudsi, “Kebesaran (kesombongan atau kecongkakan) pakaianKu dan keagungan adalah sarungKu. Barangsiapa merampas salah satu (dari keduanya) Aku lempar dia ke neraka (jahanam).” (HR. Muslim)

Kita ingin menutup seluruh jalan masuk yang dapat dilalui oleh sifat sombong dan angkuh menyelusup masuk ke dalam diri. Maka jangan pandang remeh salah satu aktivitas keseharian yang nyaris tak pernah kita tinggalkan, yaitu bercermin. Apakah yang dapat melintas dalam benak saat memandang wajah dicermin? Ya. Bisikan-bisikan sangat halus, “Batapa cantiknya aku”, “Aku sangat tampan, rupanya”. Dan kalimat lain yang menyembul dalam hati tanpa kita sadari, walau terkadang segera lenyap bersama sang waktu.

Namun, bila bisikan-bisikan tersebut sering muncul dan menggema makin kuat, maka perlahan-lahan ia akan mendapatkan ruang pembenaran yang istimewa dalam hati kita. Karena itu diajarkan kepada kita sebuah doa untuk menghindari munculnya bisikan-bisikan halus tersebut saat bercermin, “Ya Allah, sebagaimana Engkau ciptakan aku dengan bentuk yang baik, maka perbaiki pula akhlakku, dan hindarkan wajahku dari siksa api neraka.”

Sungguh luar biasa doa ini. Sebuah peringatan sangat penting agar kita senantiasa berhati-hati bahkan ketika sedang bercermin, dan sadar bahwa tubuh kita yang bagus, wajah dan rupa yang tampan, cantik dan menarik ini adalah anugerah Ilahi. Jangan jadikan sebagai penyebab munculnya sifat ujub dan angkuh yang menyebabkan kita terhempas ke dalam siksa-Nya. Na’udzu biLLAH!

 

Cisarua, 15.11.2009

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline