Lihat ke Halaman Asli

syarif ridwan

Lahir di Kab. Maros, Sulawesi Selatan, tahun 1969. Usai menamatkan pendidikan di PonPes Darul Arqam Gombara, Makassar pada 1988. Menetap di Jakarta sejak tahun 88 hingga 2013. Kini menetap di Kab. Serang setelah tinggal di Kab. Tangerang hingga 2013.

Follower Dahulu, Trendsetter Kemudian

Diperbarui: 26 Juni 2015   19:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Tulisan-tulisan yang muncul setiap hari di Kompasiana berasal dari lintas profesi, akademi dan pengalaman. Karena itu, subtansi tulisan pun sangat berwarna. Mulai dari masalah politik, sosial, agama, budaya hingga seks. Dan kategori terakhir ini memiliki pangsa pasar fanatik setelah Mariska Lubis terlibat aktif dengan tulisan yang sangat menggelitik dan 'mengundang' dikemas dengan bahasa yang menurut sebagian rekan tidak terkesan vulgar. Walau judulnya terkadang menimbulkan imajinasi liar, termasuk sejumlah judul tulisan yang muncul belakangan ini.

Keberagaman tersebut bisa jadi salah satu magnet Kompasiana sehingga mampu merebut hati pembaca yang konon berada pada kisaran 400.000 ribu perbulan Juni. Dan jumlah tersebut kemungkinan terus merangkak naik apalagi dengan tampilan wajah baru Kompasiana yang tampak lebih cerah, segar, menarik dan elegan. Bahkan bukan tidak mungkin, bila blog keroyokan ini akan menghasilkan penulis-penulis handal diberbagai bidang; pengamat politik dan sosial budaya, novelis, seksolog dan sebagainya.

Ruang yang terbuka sangat luas bagi siapapun yang ingin bergabung sebagai penulis di blog ini  mungkin pada awalnya akan mengikuti trend tulisan yang sedang mengemuka di tanah air. Sebagaimana pada Pemilu 2009 lalu, sebagian besar Kompasianer menulis tentang politik dan segala yang terkait dengannya; parpol, politisi dan lainnya. Saya sendiri yang bergabung pasca pemilu lalu tidak sempat mengikuti keriuhan yang terjadi di Kompasiana; antara penulis dan komentator atau sesama komentator yang dengan tulisan tajam, menohok, bahkan penuh hujatan berseliweran di blog ini. Dan masa itu pun berakhir seusai pemilu dan pilpres digelar.

Tak berselang lama, sang penyanyi beraliran reggea, Mbah Surip berhasil membetot animo masyarakat melalui media cetak dan elektronik yang dengan gencar menayangkan berita tentang dinya yang meninggal dunia secara tiba-tiba. Bahkan kematiannya mendapatkan simpati dan ucapan belasungkawa dari Presiden SBY. Para Kompasianer pun –termasuk saya- ramai-ramai menulis tentang dirinya; lagunya yang meledak, kekayaannya dan kehidupannya selama ini. Dan saat Ultah Kompasiana besok, Selasa, 22 Oktober, sebuah buku tentang Mbah Surip karya Mas Jodhi diluncurkan.

Lalu tiba era Noordin M. Top yang kembali riuh setelah peledakan Hotel JW. Marriot dan Ritz Carlton. Berita tentang teroris yang paling dicari di negeri ini saban hari menghiasi media cetak dan elektronik, merambah hingga blog ini. Para Kompasianer pun ramai menulis tentang Noordin M. Top dan segala yang terkait dengannya. Sampai akhirnya ia terbunuh oleh pasukan anti teror setelah beberapa waktu sebelumnya berhasil menangkap dan menewaskan kaki tangan sang teroris. Dan saya pun turut menyumbangkan tulisan terkait M. Top.

Dan tak lama kemudian, kita dikejutkan oleh tulisan-tulisan Mariska Lubis yang subtansinya sangat lekat dengan seks, sesuatu yang tidak dapat dilepaskan dari keseharian kita. Dengan bahasa yang mengalir, tidak vulgar disertai unsur edukatif dengan cepat berhasil merebut hati pembaca Kompasiana hingga kerap merebut peringkat terpopuler. Dan apa yang terjadi? Tingginya rating tulisan Mbak Mariska rupanya menggoda sejumlah Kompasianer sampau akhirnya bermunculan tulisan serupa, dan terkadang subtansinya tak nyambung dengan judul. (Maaf ya, yang pernah nulis kaya gini. Hehehe...)

Realitas yang terjadi di Kompasiana ini menurut saya adalah sesuatu yang wajar belaka. Menjadi seorang penulis yang mengikuti trend dan kecenderungan (Follower) yang sedang mengemuka adalah sebuah proses untuk menjadi seorang penulis yang menciptakan trend (trendsetter). Dan Mariska Lubis sukses sebagai trendsetter pada bidang ini yang kemudian diikuti oleh tulisan-tulisan lain. Sejumlah tulisan juga ada yang muncul sebagai pelengkap tulisan yang jadi trend itu. Dan ini adalah sesuatu yang baik pula.

Walau tidak setiap kita mampu menciptakan trend, namun tidak berarti tak ada yang bisa ditulis. Apalagi Kompasiana memberikan ruang sangat luas untuk menuliskan apa saja yang bermanfaat, mencerahkan dan dapat dipertanggungjawabkan. Tulisan yang berkaitan dengan tulisan lainnya pun layak saja diposting selama kita mampu menuliskannya. Apalagi bila tulisan tersebut jadi pelengkap atau penyeimbang tulisan utama.

Semoga Kompasiana dengan tampilan 'wajah' baru dan pada ulang tahun yang pertama, kelak berhasil melahirkan penulis-penulis handal yang kompeten dan kredibel dibidangnya sekaligus sebagai trendsetter. Dan blog ini bisa tampil sebagai salah satu rujukan informasi, politik, sosial-budaya, ekonomi dan berbagai hal yang dibutuhkan masyarakat.

NB: Tulisan Bang Dwiki Setiawan tentang Ben Rhodes yang dimuat di Kompas, yang kemudian ditanggapi sangat positif oleh Kang Pepih Nugraha, adalah inspirasi tulisan ini. Terima kasih pada beliau berdua saya haturkan!

Selamat ulang tahun, Kompasiana!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline