Lihat ke Halaman Asli

syarif ridwan

Lahir di Kab. Maros, Sulawesi Selatan, tahun 1969. Usai menamatkan pendidikan di PonPes Darul Arqam Gombara, Makassar pada 1988. Menetap di Jakarta sejak tahun 88 hingga 2013. Kini menetap di Kab. Serang setelah tinggal di Kab. Tangerang hingga 2013.

From Dumay To Kopdar

Diperbarui: 26 Juni 2015   19:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Kita patut menyatakan syukur kepada Allah Ta'ala karena ditakdirkan bertemu dengan sebuah ‘rumah sehat' bernama Blog Kompasiana; ruang tempat berbagi cerita, berdiskusi sekaligus belajar banyak hal untuk semakin menambah wawasan pengetahuan dan mengasah kemampuan menulis. Dua hal yang patut dimiliki oleh mereka yang selalu ingin belajar dan mentranformasi pengetahuannya melalui artikulasi tulisan. Semoga dengan berbagi ilmu, cerita dan pengalaman setiap kita dapat memetik manfaat, dan dengan itu pula kita peroleh pahala kebaikan dari Allah Azza wa Jalla.

Di Dumay (dunia maya) bernama Kompasiana ini para penulis dan penanggap bertemu, berkenalan, saling berbagi, saling memojokkan, adu argumentasi, menyerang dan bertahan (kayak sepak bola, ya). Itulah dunianya dunia maya; bebas menulis apa saja, menekan atau menyerang siapa saja yang dianggap berseberangan dengan prinsip dan pendapat yang dianut. Sehingga dapat dikatakan Dumay ini sangat menggairahkan dan ‘bergizi' bagi siapa pun yang ingin memberi dan menerima manfaat dan pencerahan, bukan hanya melalui posting sebuah tulisan. Bahkan melalui komentar penanggap pun ‘gizi' itu dapat dinikmati.

Apa yang saya tuliskan ini mungkin dirasakan juga sebagian Kompasianer. Walau kita juga tak dapat menafikan adanya sejumlah penulis yang akhirnya hengkang dari blog ini setelah menyaksikan sejumlah posting yang agak nyeleneh, aneh, judul yang tak sesuai subtansi tulisan, jauh dari berkualitas dan sebagainya. Walau kita juga melihat munculnya sejumlah nama baru dengan tulisan-tulisan yang ‘gress' dan mutu banget, sehingga blog ini semakin ‘bergizi' dan penuh warna-warni. Namun yang paling penting dihindari adalah tulisan dan komentar beraroma ‘SARA' yang jauh hari telah diingatkan oleh admin Kompasiana agar sebisa mungkin mereka yang berada di Dumay ini menghindari wilayah paling sensitive tersebut. Bila tidak bisa dihindari, maka sepatutnya tidak disertai cela dan hujatan terhadap symbol agama tertentu, sesuatu yang takkan pernah diterima oleh siapa pun.

Berkenalan dan bersaudara melalui Dumay pasti akan lebih indah saat Kopdar digelar. Sebagaimana yang dilakukan oleh Admin Kompasiana yang memfasilitasi acara bukber pada Ramadhan lalu di Dapur Sunda, Cipete, Jakarta Selatan. Acara seperti ini adalah acara yang paling dinantikan oleh para Kompasianer, baik sebagai penulis atau komentator tetap di blog ini; bertemu dengan orang-orang yang selama ini hanya dikenal melalui tulisan, foto setengah badan atau gambar yang tampak samar. Agak aneh memang! Saat realitas yang kita temukan saat Kopdar berbeda jauh dengan persepsi kita selama ini tentang orang tersebut, dan itu akhirnya membuyarkan bayangan yang ada di kepala kita selama ini.

Sebelumnya saya membayangkan Bung Boy Rahmad itu pemuda yang berusia 30 tahunan, tenang dan kalem. Ternyata salah total! Beliau sudah kepala empat dan enak diajak ngobrol. Atau ketika melihat wajah bung Pepih yang sepintas fotonya mirip dengan seorang kawan saya dulu di pondok, ternyata beda jauh. Yang ini agak tampan sedikit! Atau ketika menyaksikan mbak Linda, ternyata juga berbeda apa yang selama ini saya bayangkan, ternyata lebih menawan! Walau ada juga tidak jauh berbeda antara apa yang ada dibenak dan realitas yang saya temukan. Nah, ini berlaku untuk Pak Prayitno Ramelan, yang fotonya tampak gagah, dan ternyata memang demikian adanya, plus kumisnya yang masih tetap melintang! Atau Om Jay yang memang ‘sehat betul'! sesuai dengan apa yang dikatakannya sendiri pada salah satu postingnya. peace ya Om! Serta bung Amril yang dikenal dengan ‘Daeng Battala', memang demikian adanya; Battala betul! hehehe...

Itulah dunianya Kopdar, menjalin silaturrahim agar lebih dekat dan lebih nyata, sekaligus menghapus bayang-bayang semu yang selama ini kita ciptakan sendiri di kepala kita. Karena itu, memang tidak cukup bila hanya tulisan dan komentar yang bertemu melalui Dumay. Acara Kopdar in Cipete, atau di tempat lain pada momentum tertentu bisa tetap dilakukan, apakah itu difasilitasi oleh Admin, kontribusi setiap peserta atau melibatkan sponsor, ini hanya teknis belaka. Pada acara silaturrahim seperti ini, insya Allah terdapat sejumlah kebaikan yang dikatakan oleh Rasulullah saw., "Barang siapa yang ingin dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan usianya, hendaklah mereka menyambung silaturrahim". (HR. Muttafaq alaihi) Terbukti, saat buka bersama di Dapur Sunda lalu setiap peserta mendapatkan bingkisan dari mbak Rosiy; roti gambang. Enak juga, lho. Trim's ya, mbak Rosiy. Ditunggu bingkisan lainnya. Jangan sungkan-sungkan! Hehehe....

Silaturahim saat buka bersama telah digelar dan Ramadhan pun telah berlalu.

Mungkinkah silaturrahim berikutnya dalam acara halal bi halal dapat digelar?

Wallahu a‘lam

Minal ‘aadin wal Faizin

(semoga kita termasuk orang yang kembali kepada kemenangan dan kesuksesan)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline