Lihat ke Halaman Asli

Telosa, Kapitalisme, dan Sustainability

Diperbarui: 10 Agustus 2022   21:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Dunia memang tengah berubah dan makin terpolarisasi. Setiap kutub akan makin memperjuangkan eksistensinya. Dalam dunia bisnis, sistem kapitalisme terus menghadapi tantangan untuk lebih memperhatikan lingkungan.

Saat ini ketika perhatian mengenai lingkungan makin meningkat, tuntutan agar pebisnis mempraktikkan cara-cara lebih manusiawi dalam mengelola sumber daya alam makin kencang. Mereka berprinsip bahwa bumi ini adalah pinjaman yang harus dijaga dan dikembalikan kepada generasi mendatang.

Sementara di sisi yang lain, para praktisi kapitalisme makin inovatif dalam menjalankan kegiatannya. Baru-baru ini di kalangan mereka muncul ide untuk membangun sebuah kota yang menawarkan standar baru bagi perkembangan potensi manusia dan dapat dijadikan blueprint bagi generasi-generasi mendatang.

Dilansir dari CNN, kota baru yang dinamakan Telosa ini dirancang untuk menjadi sebuah kota metropolitan yang akan dibangun dari nol, dan lokasinya nanti akan terletak di sebuah gurun di Amerika Serikat. Tata ruang kota digarap untuk memungkinkan setiap penduduk bekerja, sekolah, atau apa pun yang mereka butuhkan dalam waktu 15 menit.

Fakta menariknya lagi, Telosa dirancang menjadi kota yang ramah lingkungan, dengan pemanfaatan energi dan air yang berkelanjutan. Di tengah kota nantinya juga akan ada Equitism Tower, yang merupakan sebuah gedung pencakar langit. Singkatnya kota ini merupakan kota yang futuristik.

Kota itu digagas oleh seorang miliarder Marc Lore yang pernah menjabat sebagai CEO Walmart e-commerce (2016-2021) dan founder Diapers.com dan Jet.com. kedua perusahaan yang disebut terakhir telah diakuisisi senilai 3,845 miliar dollar AS oleh Amazon dan Walmart. Sang miliarder tampaknya menginginkan sebuah kota yang terencana dengan baik dari awal sekali.

Untuk merealisasikan idenya Lore menggandeng Bjarke Ingels, seorang arsitek yang pernah didapuk menjadi one of 100 Most Influential People in the World menurut TIME Magazine pada tahun 2016. Penghargaan itu tidak terlepas dari karya-karya arsitekturnya yang adaptif dan kontemporer yang dinilai mengikuti kebutuhan kebutuhan peradaban manusia.

Sementara itu, diberitakan IGN SEA, Kota Telosa membangkitkan kenangan pemain akan kota Rapture dari BioShock. Rapture dikenal sebagai kota yang besar, utopia bawah laut yang dirancang untuk membantu masyarakat berkembang. Namun, tujuan Telosa dibangun bukan untuk menciptakan utopia, melainkan untuk fokus pada apa yang mungkin terjadi.

Proyek itu sendiri direncanakan mulai digarap pada 2030. Tahap pertama pembangunannya diperkirakan ini akan bisa menampung 50.000 penduduk di 1.500 hektar dan akan menelan biaya sekitar 25 miliar dollar AS. 

Sekali lagi, kota yang terasa seperti utopia ini, menurut Lore dan Bjarke akan menjadi contoh dari kesetaraan dan kelestarian (equality and sustainability) bagi generasi mendatang. Prinsip people, planet, profit akan diwujudkan berbarengan.

Dilihat dari sudut pandang praktik bisnis yang ramah lingkungan, Telosa jelas sebuah langkah yang ingin pula mempertemukan antara praktik kapitalisme dan juga sustainability secara bersamaan. Bahkan dalam bentuk paling ekstrem. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline