Lihat ke Halaman Asli

Syarif Nurhidayat

Manusia yang selalu terbangun ketika tidak tidur

Edisi Rumah Sakit

Diperbarui: 25 September 2020   06:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Di rumah sakit, orang-orang duduk lesu di ruang tunggu. Waktu terasa berdegup lambat seirama dentang jantung dan aliran darah dalam nadi. Menanti kabar baik bahwa mereka tidak menderita penyakit yang payah. Karena dengan demikian, mereka akan segera dapat kembali pulang dan tidak mesti mengeluarkan biaya besar.

Wajah si sakit, jelas menampakkan kekhawatiran atas deritanya, dan masa depannya, disamping terus menahan rasa sakit yang dirasa sangat tidak nyaman.

Sementara, di sudut ruang tunggu, sebuah kotak ajaib (baca: TV) menawarkan tawa pada tiap detiknya. Menghidangkan semua produk yang jelas tidak mungkin untuk mereka nikmati saat itu. Sangat terasa satir.

Di saat mereka meringis menahan sakit, mereka di dalam kotak ajaib itu, begitu riang dan semangat mempengaruhi untuk bahagia dengan segala benda dan jasa yang ditawarkan.

"Ini negeri dimana tidak ada sakit. Negeri yang selalu akan dan tetap dihiasi dengan tawa dan ceria. Mari wahai engkau yang sakit. Bermimpilah. Bermimpilah untuk bersama kami yang bahagia. Sakit tidak enak bukan?

Di negeri kami, tidak perlu susah. Segala macam sakit dapat diobati dengan sekali minum. Kelelahan bisa disegarkan dengan sebutir kapsul. Kesulitan dapat dipecahkan hanya dengan sekali terapi. Kemiskinan akan segera berlalu dengan persembahan kuis-kuis yang lucu. Dan Anda tidak harus mengantri di sini hanya karena sakit..."

Sesekali mereka tersenyum dengan getir melihat tokoh-tokoh ajaib yang tak pernah menangis. Sesekali mereka terpesona dengan keindahan dan kecantikan mahluk yang dipamerkan, padahal sebenarnya mereka tidak pernah memesan jenis dan bentuknya.

Sesekali mereka heran dengan kemudahan-kemudahan yang tak henti-henti ditawarkan. Sesekali jengah karena ajakan-ajakan berulang yang mengejek keadaan mereka.

Namun lebih sering mereka lupa bahwa mereka tengah berada di rumah sakit, dan baru tersadar ketika seorang perawat keluar dari ruang periksa memanggil namanya. Maka tiba-tiba saja rasa sakitnya begitu sangat menyiksa. Kesadarannya kembali hadir.

Tentu tidak semua orang yang datang ke rumah sakit pasti merasa sakit. Ada keluarga yang ternyata sering tampak lebih cemas dibanding si sakit. Selebihnya mungkin mereka adalah orang-orang yang terpaksa mengantar, atau terpaksa menengok saudara atau sahabat mereka yang sedang benar-benar merasa sakit.

Hanya karena perasaan tidak enak, mereka harus masuk gedung yang benar-benar mereka tidak suka. Atau mungkin orang-orang yang sengaja datang ke rumah sakit atas anjuran para ustad atau konselor, agar menyadari betapa sehat dan gembira mestinya keadaan mereka sekarang, dibanding orang-orang yang tengah terbaring dan mengerang-erang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline