Lihat ke Halaman Asli

Syarif Nurhidayat

Manusia yang selalu terbangun ketika tidak tidur

Laksamana Ngatmin dari Sragen

Diperbarui: 18 Agustus 2020   13:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Banyak orang bilang, menjadi seorang pelayar hidupnya enak. Gajinya besar dan bisa jalan-jalan ke banyak negara. Barangkali benar, tetapi pernahkah terbayangkan, bagaimana rasanya hidup tidak menginjak daratan berhari-hari bahkan berbulan-bulan, apalagi sebagai seorang muslim yang taat? Adalah Ngatmin, seorang pemuda dari Desa Nganti, Gemolong, Kabupaten Sragen, berbagi pengalamannya saat ada di tengah lautan lepas.

 Tertarik Dari Pelajaran Sejarah

Anak terakhir dari enam bersaudara ini, mengaku mulai terobsesi untuk menjadi pelaut ketika di SMP mendapat pelajaran Sena-Sedu kependekan dari pelajaran Sejarah Nasional dan Sejarah Dunia.

Saat diterangkan tentang penemuan benua-benua di dunia, Ngatmin membayangkan bisa mengikuti jejak mereka. Mengarungi samudra dan menemukan tempat-tempat yang belum terbayangkan oleh manusia lainnya.

"Saya membayangkan enaknya di atas kapal dan menemukan daerah-daerah baru yang belum dikenal," ungkapnya kagum pada Columbus yang menemukan benua Amerika.

Sejak saat itulah, Ngatmin bersemangat belajar dan terbukti, dirinya selalu menjadi urutan pertama disetiap hasil ujian. Bahkan sampai SMA dia menjadi lulusan terbaik. 

Siswa yang penyuka matematika ini, sebenarnya sudah di terima dalam UMPTN, namun, tampaknya dia telah jatuh cinta pada kapal dan lautan. Padahal dia mengaku belum pernah sekalipun melihat kapal secara langsung. AKPELNI Sampangan, Semarang menjadi jalannya meretas cita-cita.

 Beragama di Atas Kapal

"Di atas kapal, masalah ibadah beda agama tidak jadi masalah, yang penting profesional." Ungkapnya mengenang beberapa perjalanannya di atas kapal. Menurutnya, di atas kapal, semua adalah saudara, satu keluarga yang harus saling mendukung.

 Sebagai awak kapal, dia harus mengutamakan keselamatan dan kemaslahatan bersama. Karena jika lengah lima menit saja dalam waktu tertentu, bisa berakibat sangat fatal. Oleh karena itu, ketika tengah berjaga, dia sering melakukan shalat dengan dijamak.

Untuk menentukan arah kiblat, di kapal-kapal modern, biasanya sudah ada kompas ka'bah. Semacam kompas yang jarumnya selalu menunjuk ke arah letak ka'bah berada, sehingga mempermudah bagi seorang muslim untuk beribadah. Jikapun tidak ada, bisa diperkirakan dengan lokasi kapal dan arah matahari terbit dan tenggelam.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline