Lihat ke Halaman Asli

Syarif Nurhidayat

Manusia yang selalu terbangun ketika tidak tidur

Objektivitas Media Massa

Diperbarui: 1 Juli 2020   01:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Ketika membaca sebuah berita yang dikemukakan dalam media, entah itu cetak maupun elektronik, perhatikan dengan sekasama, siapa yang berkomentar dan opini siapa yang ditekankan. Karena boleh jadi berita yang dikemukakannya adalah sebuah perspektif yang timpang, tidak mengakomodir dua belah pihak dari sebuah peristiwa yang terjadi. 

Misal tentang masalah kejahtan, selain harus memuat pendapat dari korban, maka seorang wartawan harus menampilkan pendapat dari pelaku atau paling tidak ihak pelaku, baik itu keluarga atau pengacaranya, sehingga berita yang ditampilkan benar-benar seimbang.

Ketimpangan informasi ini, bukan saja akan merugikan pihak yang saling berperkara atau berkepentingan langsung atas peristiwa tersebut, tetapi juga para pmebaca. Karena dengan membaca berita yang timpang, maka sangat tidak mungkin kita bisa melakukan tindakan penyimpulan yang benar. Dari mana kita mengambil bahan untuk disimpulkan, adalah sama berarti dengan kualitas kesimpulan yang akan kita bikin.

Paling tidak ada tiga faktor yang mempengaruhi pola pemberitaan dalam sebuah media, pertama berkaitan dengan modal, kedua, berkaitan dengan kepentingan organisasi, dan ketika berkaitan dengan pengaruh luar, baik ekonomi maupun politik.

Pengaruh modal dapat terjadi dengan media mengambil jarak pemebritaan atas peristiawa-peristiwa mengenai pihak-pihak yang telah memodali usahanya. Misal terjaid peristiwa terkait dengan perusahaan yang memasang iklan, atau yang berpengaruh besar pada keberlangsungan dari media tersebut, maka akan terjadi pula sebuah pemabajakan berita yang menyebabkan sebuah ketidak seimbangan.

Pengaruh kedua dari organisasi, artinya media diartikan sebagai sebuah organisasi yang sejak semua telah memiliki orientasi dan tujuan yang jelas. Meja redaksi dalam menentukan berita berperan sangat besar dibanding dengan keberadaan wartawan langsung yang terjun di lapangan. Di meja redaksi ini, berita-berita dieksekusi, pengaruh orientasi organisasi menjadi sangat berperan dan berpengaruh pada berita-berita yang beredar di masyarakat.

Pengaruh luar baik politik maupun ekonomi, hal ini tidak lebih berbahaya dari dua keterpengaruhan yang lain. Media yang mengambil sikap apa yang terjadi maka itu yang disampaikan akan mudah terjebak pada setting besar modal atau pun kuasa, sehingga secara tidak sadar media justru dikendalikan dan tidak memiliki kemandirian. 

Media hanya sebatas menjadi corong peristiwa tanpa bisa melakukan peran aktif untuk melakukan penangkalan pada tindakan setting oleh kuasa atau modal. Karena boleh jadi media telah mengabarkan pa yang ebanr-benar terjadi, namun yang terjadi itu adalah sebuah hal yang telah terlebih dahulu direkayasa tanpa sepengatahuan media, ini menjadi sangat berbahaya.

Media yang kritis, masyarkat yang cerdas

Tidak ada yang bisa lepas dari rekayasa tipu menipu dalam dunia bisnis yang kejam. Termasuk pula dalam bisnis media. Pertimbangan ekonomi, yaitu keterserapan produk media oleh masyarakat menjadi satu pertimbangan yang paling signifikan.

Yang diperlukan dalam kondisi ini adalah dua hal. Pertama kekritisan media dan kecerdasan pembaca. Media yang kritis dalam arti memiliki mentalitas dan idealisme yang kuat, akan mampu menampilkan berita yang proporsional dan berimbang dalam hampir setiap peristiwa. Dan kedua pembaca yang cerdas. Pembaca yang cerdas tentu akan memilih media yang kritis, karena darinya mereka dapat memperoleh bahan berita atas peristiwa dengan objektivitas yang tinggi, sehingga menuntun mereka pada pengambilan kesimpulan yang tidak keliru. 

Syarif_Enha@Semarang, 27 Juli 2009




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline