Lihat ke Halaman Asli

Syarif Pirus

Profesional Telekomunikasi

Membangun Imajinasi Anak di Usia Batita, Begitu Pentingkah?

Diperbarui: 9 Maret 2018   10:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto | Dokumen pribadi

Bidadari kecil itu beranjak dari duduknya kemudian berlahan-lahan menuju ke arah jalan kecil depan rumah. Akupun mengikutinya sambil terus melihat gerak-gerik anakku itu yang masih berusia 27 bulan. Terlihat ia mulai memungut kerikil-kerikil kecil lalu melemparnya ke selokan, sesekali ia memetik bunga-bunga kecil lalu melemparnya ke selokan.

Sekelebat terlintas dipikiranku untuk menghentikan aktivitasnya itu karena membuat tangan dan bajunya kotor. Namun segara kuurungkan niatku itu karena ku pikir bidadari kecilku itu sedang berimajinasi dengan aktivitasnya. Sel-sel otak kanannya sedang menari-nari membangun cerita imajinatif.

Aku pun coba menyelami imajinasi Aisyah, anakku itu. Menjadi teman imajinasinya, ikut bermain bersamanya, memungut kerikil-kerikil kecil, mekudian melemparnya ke selokan, sambil sesekali memetik bunga dan kami pun tertawa bersama dalam permainan yang hanya kami berdua yang tau maknanya.

Kiat Membangun Imajinasi Anak

Kisah diatas sengaja saya sajikan sebagai pengantar tulisan ini, untuk sekedar memberikan gambaran  betapa perlunya kita sebagai orang tua menyelami imajinasi anak. Para orang tua perlu memahami dan ikut membangun daya imajinasi anak. Hal ini sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembangnya di masa-masa selanjutnya.

Para pakar mengatakan bahwa anak terlahir dengan 100 milyar sel otak dan setiap sel otak mengirim dan menerima signal elektrik, menciptakan hubungan dengan sel lainnya di saat ia memasuki usia di bawah tiga tahun (batita). koneksi ini membentuk sebuah jaringan yang memungkinkan ia untuk berpikir dan belajar melalui proses pengulangan. Koneksi yang digunakan berulang kali menjadi bersifat permanen, sedangkan yang jarang atau tidak digunakan lagi menjadi hilang.

Oleh karenanya pada perkembangan anak di usia 3 tahun pertama, keterlibatan orang tua untuk beraktivitas bersama anak sangat penting membantu mengasah otaknya. Tak dapat bayangkan berapa banyak sel-sel otak anak yang hilang hanya karena  jarang diasah otaknya dengan mengembangkan imajinasinya.

Kita mungkin sulit mengetahui apa yang dipikirkan anak usia batita  karena kemampuan verbalnya masih sangat terbatas, namun emotional bonding yang sudah terbangun antara orang tua dengan anak memudahkan orang tua menangkap dan memahami imajinasinya kemudian ikut terlibat dalam imajinasi saat bermain bersamanya.

Seringkali orang tua dalam menghadapi imajinasi anak menunjukkan egonya sebagai orang dewasa yang memiliki pengetahuan akan banyak hal. Memberikan aturan-aturan, batasan-batasan, dan norma-norma yang cenderung mengekang ekspresi imajinasi anak, padahal pengetahuan tentang itu semua belum saatnya dipahamkan kepada anak.

Imajinasi sejatinya adalah ruang bebas, tanpa aturan. Adapun pengetahuan adalah seperangkat informasi yang kandungannya sudah tertentu dan terstruktur. Penting mengetahui kapan saatnya mengembangkan imajinasi anak tanpa mengekangnya dan kapan mulai memahamkan pengetahuan tentang aturan-aturan atau norma-norma kehidupan.

Untuk membantu anak dalam membangun imajinasi mereka, ada baiknya kita mengetahui manfaat imajinasi anak terlebih dahulu. Ada beberapa manfaat membangun imajinasi anak :

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline