Lihat ke Halaman Asli

Syarif Hidayatulloh

Mahasiswa farmasi

Dampak Penggunaan Antibiotik yang Tidak Tepat

Diperbarui: 19 November 2021   00:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Antibiotik pertama kali mulai diperkenalkan untuk pengobatan pada manusia pada tahun 1940 dan sepanjang 60 tahun belakangan antibiotik telah banyak digunakan dan disalahgunakan. Istilah antibiotik pertama kali dicetuskan oleh Vuiilemin pada tahun 1889 dan semula berarti antagonisme antar makhluk hidup. Wakzman juga orang pertama yang memperkenalkan terminologi antibiotik. Sejak saat itu antibiotika banyak digunakan klinisi untuk menangani berbagai penyakit infeksi.

Dalam industri farmasi, kebanyakan orang sudah pernah minum antibiotik, entah karena demam atau penyakit lainnya. Tetapi dalam penggunaan antibiotik haruslah diperhatikan karena akan menimbulkan suatu resistensi terhadap bakteri jika tidak tepat dalam mengkonsumsinya.

Resistensi antibiotik didefinisikan sebagai tidak terhambatnya pertumbuhan bakteri dengan pemberian antibiotik secara sistemik dengan dosis normal atau kadar hambat minimalnya. Antibiotik adalah obat yang dikenal, baik oleh kalangan medis, maupun masyarakat. Sayangnya, hampir semuanya mengenal antibiotik secara salah, dan ini terbukti bahwa antibiotik merupakan obat yang paling banyak digunakan secara salah. Masalah penggunaan antibiotik yang tidak benar sudah menjadi masalah yang paling besar di dunia dari dulu hingga sekarang didalam rumah sakit maupun di komunitas.

Resistensi terhadap bakteri terjadi ketika bakteri didalam tubuh sudah tidak mempan lagi diberikan antibiotik, hal ini menyebabkan tingkat infeksi terhadap bakteri meningkat, penyakit menjadi lebih lama diobati karena bakteri sudah beradaptasi dan bisa menahan kandungan dari antibiotik tersebut, dan yang lebih parahnya lagi dapat meningkatkan resiko kematian, dan semakin lamanya masa rawat inap dirumah sakit.

Ketika resistensi terjadi pasien tidak dapat menggunakan antibiotik biasa karena harus menggunakan antibiotik baru yang tingkatnya lebih tinggi, juga ada kemungkinan sulit untuk didapatkan karena bukan antibiotik yang biasa dipakai, dan harga yang lumayan serta jumlah antibiotik yang harus diminum lebih banyak karena bakteri sudah resisten ini dapat menyebabkan pemborosan karena harus keluar biaya yang lebih untuk penyembuhan atau terapi terhadap penyakit yang dialami dan masa rawat inap didalam rumah sakit menjadi lebih lama.

Tenaga kesehatan berperan penting dalam penggunaan antibiotik ini, mereka harus bisa mengedukasi secara tepat dan harus bisa meyakinkan pasien dengan cara yang benar supaya bisa didengar oleh masyarakat tentang penggunaan antibiotik yang tepat agar tidak terjadi kesalahan dalam mengkonsumsinya.

Strategi yang bisa digunakan untuk tenaga kesehatan antara lain dengan cara pemberian antibiotik sesuai dengan diagnosis, pada pasien yang mengalami suatu penyakit lebih dipertimbangkan untuk memberikan antibiotik dengan pengecekan apakah pasien tersebut memang terinfeksi bakteri dan tidak dianjurkan dikonsumsi untuk pasien yang tidak mengalami infeksi bakteri, ketika sudah melakukan diagosis dan mengecekan pasien apakah terinfeksi bakteri atau tidak selanjutnya harus tepat dalam pemilihan obat yang haruslah memiliki efek terapi sesuai dengan spektrum penyakit, dan tepat dalam pemberian dosis obat yang diberikan untuk memaksimalkan efek terapi.

Namun bukan cuma tenaga kesehatan yang harus berjuang agar masyarakat dapat mengkonsumsi antibiotik secara benar, sebagai masyarakat juga harus mengetahui cara penggunaan antibiotik yang benar. Perlu dipertekankan tidak semua penyakit dapat disembuhkan dengan mengkonsumsi antibiotik. Sekarang antibiotik sudah tidak dijual bebas di apotek. Alangkah baiknya ketika kita ingin mengkonsumsi antibiotik dikonsultasikan terlebih dahulu kepada dokter, pastikan terlebih dahulu apakah kita memerlukan antibiotik tersebut atau tidak, jangan asal sembarang beli di apotek atau toko obat yang menjual antibiotik secara bebas tanpa adanya konsultasi atau resep yang diberikan oleh dokter.

Daftar Pustaka: 

  • Humaida R. (2014). STRATEGY TO HANDLE RESISTANCE OF ANTIBIOTICS, 7 (3), 113-116

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline