Abstrak
Banyak pekerja tidak memahami pentingnya dana pensiun. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan data dan informasi pemahaman pekerja di Jakarta tentang dana pensiun. Instrumen yang digunakan meliputi kuesioner dan analisis isi. Dapat diismpulkan 89% pekerja belum punya dana pensiun dan hanya 11% pekerja yang sudah punya dana pensiun. Ada 80% pekerja tidak mengandalkan dana pensiun dari tempatnya bekerja, hanya 20% pekerja yang berharap mendapat dana pensiun dari tempatnya bekerja. Kondisi ini dapat disebabkan oleh 1) ketidak-tahuan tentang dana pensiun, 2) ketidaktersediaan dana untuk mengikuti dana pensiun, atau 3) tidak tersedianya akses untuk membeli dana pensiun. Ada potensi dana pensiun dikembangkan menyasar pekerja secara individual (bukan semata-mata karena perusahaan). Untuk dapat meningkatkan kepesertaan dana pensiun dikalangan pekerja, maka dua faktor penting yang harus ditingkatkan yaitu 1) edukasi secara berkelanjutan dan 2) ketersediaan akses digital untuk memiliki dana pensiun.
Kata kunci: Edukasi, Digitalisasi, Dana Pensiun.
PENDAHULUAN
Banyak orang tidak memahami manfaat dana pensiun. Sekalipun dana pensiun di Indonesia ada sejak tahun 1992, namun hanya sedikit pekerja atau masyarakat yang memiliki dana pensiun. Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan OJK menyebutkan tingkat inklusi dana pensiun di Indonesia hanya 5,42%, sedangkan tingkat literasi dana pensiun berada di 30,46% (2022). Dibandingkan jasa keuangan lainnya, tingkat inklusi dana pensiun tergolong masih rendah.
Realitas hari ini, 9 dari 10 pekerja di Indonesia tidak siap pensiun, sedangkan 7 dari 10 pensiunan di Indonesia pun mengalami masalah keuangan (bila tidak mau disebut jatuh miskin). Semuanya terjadi akibat tidak adanya persiapan untuk masa pensiun. Tidak mau menabung untuk hari tua saat masih bekerja. Kondisi ini cukup mengenaskan. Biaya hidup dari tahun ke tahun semakin meningkat, namun persiapan masa pensiun sering kali diabaikan.
Besarnya pasar angkatan kerja di Indonesia yang mencapai 152 juta pekerja tidak berbanding lurus dengan tingkat kepesertaan program pensiun wajib dan dana pensiun sukarela yang hanya 18,87% dari total angkatan kerja. Apalagi tingkat kepesertaan dana pensiun yang dikelola swasta (dana pensiun sukarela) relatif sangat kecil, hanya mencapai 3,8 juta orang atau 5% dari total pekerja formal. Rendahnya angka kepesertaan dana pensiun jadi bukti kurangnya edukasi dan kemudahan akses dana pensiun bagi Masyarakat.
Salah satu manfaat utama dari dana pensiun adalah memberikan kemandirian finansial saat pensiun. Dengan adanya dana pensiun yang cukup, pensiunan tidak perlu bergantung pada anak atau kerabat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Oleh karena itu, dana pensiun berperan penting dalam memastikan kestabilan finansial seseorang di masa pensiun. Saat tidak bekerja lagi dan tidak punya gaji lagi, maka dana pensiun bisa jadi sumber penghasilan utama. Tersedianya dana untukmemenuhi biaya hidup sehari-hari, kebutuhan kesehatan, dan pengeluaran lainnya di saat pensiun. Selain untuk memenuhi kebutuhan finansial di masa tua ketika seseorang tidak lagi produktif secara ekonomi, dana pensiun dapat dijadikan sumber dana pembangunan nasional yang berkelanjutan, di samping borpotensi memiliki hasil investasi yang optimal selama menjadi peserta.
Tapi masalahnya, saat ini dana pensiun di Indonesia dihadapkan pada tantangan yang besar. Satu, edukasi yang rendah dan tidak berkelanjutan. Banyak pekerja tidak tahu manfaat dana pensiun dan kurangnya informasi untuk mengajak menjadi peserta dana pensiun dan apa keuntunganya. Kedua, tidak tersedianya akses digital untuk membeli dana pensiun. Aplikasi digital yang sangat memudahkan pekerja untuk memiliki dana pensiun belum ada. Oleh karena itu, upaya meningkatkan edukasi dan akses digital dana pensiun bagi pekerja dan masyarakat menjadi penting untuk direalisasikan.
Atas latar belakang di atas, dibutuhkan informasi dan analisis lebih mendalam tentang tingkat kepemilikan dana pensiun pekerja di Indonesia. Survei ini dilakukan untuk mengetahui tingkat partisipasi dana pensiun di kalangan pekerja formal dan informal di Jakarta, di samping memetakan pentingnya edukasid an akses digital dana pensiun untuk meningkatkan tingkat kepesertaan dana pensiun secara sukarela (bukan program pensiun wajib). Survei ini juga dapat menjadi evaluasi dan masukan terhadap industri dana pensiun dalam menentukan strategi untuk melalukan penetrasi pasar dana pensiun yang masih sangat terbuka dan memiliki potensi besar.
KAJIAN TEORETIK