Insya Allah, saya akan mempertahankan disertasi berjudul "Strategi Peningkatan Efektivitas Tata Kelola Taman Bacaan Berbasis Model CIPP (Context, Input, Process, Product) Pada Taman Bacaan Masyarakat di Kabupaten Bogor" melalui Sidang Terbuka Promosi Doktor Manajemen Pendidikan pada Senin, 11 November 2024 di Aula Pascasarjana Universitas Pakuan Bogor.
Sidang terbuka disertasi ini, menjadi perjuangan tahap akhir dari akhir dari sebuah komitmen saya menyelesaikan studi yang "hampir" terkapar. Ada suka dan duka menulis dan menyelesaikan disertasi. Bahkan di tahap akhir pun saya punya cerita tentang "perjuangan yang tidak akan pernah usai" menyelimuti penuntasan disertasi saya. Hanya soal perbedaan mazhab ilmu, tentang "strategi" dan "evaluasi". Sekalipun saya sangat menghormati perbedaan ilmu di antara orang-orang pintar.
Terus terang, bisa sampai di tahap sidang terbuka untuk promosi doktor, saya bersyukur banget. Selain tahu dan berproses sulitnya menyelesaikan disertasi, Alhamdulillah saya bisa menuntaskan semuanya di 11 November 2024 nanti. Pas, bertepatan dengan 7th TBM Lentera Pustaka berdiri sebuah "kado indah" dari Pendiri TBM Lentera Pustaka untuk taman bacaan yang didirikannya pada 5 Nov 2017 lalu. Insya Allah setelah sidang terbuka, saya berhak menyandang "doktor manajemen pendidikan" (bukan buat sombong) tapi bukti bahwa saya pernah belajar hingga setua ini. Gelar doktor itu jadi bukti saya pernah berpikir tentang tata kelola taman bacaan yang saya ulas secara kualitatif dan ilmiah di disertasi saya. Doktor Manajemen Pendidikan bidang Taman Bacaan, mungkin saya termasuk yang langka. Sebagai pelaku taman bacaan sekaligus peneliti-akademisi yang mengangkat Taman Bacaan Masyarakat secara ilmiah.
Saya sadar betul. Bahwa nggak perlu cumlaude atau memuaskan untuk disertasi saya. Saya kuliah di dalam kelas 3 semester dan 9 semester "nggak ngapa-ngapain" disertasi saya sendiri. NPM Angkatan 2018, berstatus mahasiswa S3 selama 6 tahun. Saya nggak mau nggak bisa kelar cepat kuliah S3. Saya juga nggak perlu menyandang "cumlaude" dengan segudang prestasi atau dianggap terbaik. Saya hanya ingin kasih tahu. Bahwa belajar dan kuliah itu punya tantangan besar, gangguan fokus untuk tuntas itu banyak. Jadi, bisa kelarin Disertasi dan ujian terbuka saja sudah alhamdulillah.
Sekali lagi, saya nggak perlu cumlaude.C umlaude adalah penghargaan akademik yang diberikan kepada mahasiswa yang berhasil mencapai prestasi akademik tertentu selama masa studi. Istilah ini berasal dari bahasa Latin yang berarti "dengan pujian".
Karena predikat cumlaude itu untuk mahasiswa S3 yang pantas. Bisa punya Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) bagus, di atas 3,5 hingga 3,79. Masa studinya tepat waktu. Lah saya 6 tahun,bapa kata dunia? Tapi yang jelas saya pertanggungjawabkan dunia akhirat disertasi saya. Saya menulisnya, saya meneliti ke lapangan, saya berproses ketemu promotor dan kopromotor, bahkan saya diujiankan Muali dari kualifikasi judul, proposal, hasil penelitian, action plan, ujian tertutup hingga ujian terbuka. Semua saya jalani prosesnya. Saya nggak seperti "Dr. B" yang bisa ngelarin studi S3 selama 18 bukan termasuk ujian disertasi dan hasilnya cumlaude. Sungguh, saya nggak seperti Dr. B, beda jauh prosesnya beda pula kastanya.
Kelarin disertasi dan pada akhirnya ujian terbuka untuk promosi doktor itu sesuatu banget. Betapa malasnya mengerjakan disertasi saya sendiri. Betapa malasnya mengerjakan tulisan ilmiah beratus-ratus lembar untuk disertasi, malas menemui promotor dan kopromotor. Padahal, saya sendiri penulis dan setiap hari konsisten menulis minimal 1 tulisan/artikel setiap hari di posting di akun media online saya sendiri.
Nggak perlu cumlaude, nggak apa-apa. Agar perjuangan bikin disertasi bisa jadi cerita apa adanya dan bisa jadi informasi buat orang lain yang mau menempuh S3. Saya nggak mengejar gelar, pangkat apalagi jabatan. Tapi saat punya kesempatan ya jalani saja. Tapi sebagai orang yang sudah memilih TBM sebagai jalan hidup di hari tua dan ladang amal pengabdian, tentu ini momen yang mengesankan dan sulit dilupakan. Butuh perjuangan yang nggak kecil untuk menuntaskan kuliah, itu pesan moralnya. Bahkan disertasi saya tentang tata kelola taman bacaan pun sudah ditunggu banyak pengelola taman bacaan masyarakat. Agar memberi kontribusi nyata untuk dunia taman bacaan dan gerakan literasi di Indonesia.
Ternyata 30 tahun mengajar di kampus nggak menjamin apapun. Punya kesibukan segudang pun nggak melonggarkan apapun. Hanya diri sendiri yang bisa atur semua, tentu atas izin-Nya. Apapun akan kelar dan tuntas bila "dikerjakan dengan lebih dan sepenuh hati". Tekun, disiplin, dan mau atur waktu yang ada, hanya itu dan hanya itu. Tekuni dan kerjakan berulang-ulang, pasti tuntas termasuk bikin disertasi.