Di zaman begini, pemandangan anak-anak yang membaca buku sudah pasti langka. Tapi kalau anak-anak yang main gawai atau menonton pasti populer. Apalagi anak-anak yang rutin membaca buku di taman bacaan, pasti lebih langka.
Berjalan kaki dari rumah ke taman bacaan, di bawah terik matahari, tentu bukan hal yang mudah. Memang, untuk bisa membaca buku masih butuh perjuangan di bumi Indonesia ini.
Harusnya kita bangga, masih ada anak-anak yang masih mau dekat dengan buku. Tapi sayangnya, aktivitas membaca dan taman bacaan belum diperhatikan secara optimal. Semuanya berjalan apa adanya, dan tidak sedikit yang tidak dipedulikan. Makanya, aktivitas di taman bacaan bak "jalan sunyi pengabdian".
Suatu kali, saya mengamati anak-anak TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor yang rajin membaca. Mereka lebih gemar membuka halaman demi halaman sebuah buku. Atau menuju rak buku untuk mengganti judul buku yang sudah dibacanya. Tanpa bicara, tanpa berkata-kata. Habitnya membaca buku. Tanpa perlu banyak bicara.
Tapi bila mau ditelusuri, mungkin ada kata-kata yang ingin diucapkan anak-anak taman bacaan. Sebagai orang dewasa, mungkin perlu memahami dan menyadari permintaan anak-anak taman bacaan yang jarang diucapkan. Cukup baca satu per satu, agar kita tahu dan memahaminya:
Kata anak-anak taman bacaan yang jarang mereka ucapkan:
1. Hai orang dewasa, cintailah aku bila dekat dengan buku tapi nasihatikah aku bila jauh dari buku bacaan.
2. Tolong jangan marahi aku di depan orang banyak tapi hukumlah aku dengan membaca buku agar lebih baik.
3. Jangan bandingkan aku dengan kakak, adikatau orang lain. Tapi tanyakan aku berapa buku yang tuntas aku baca dalam seminggu?
4. Ayah dan bunda jangan lupa, aku ini sebenarnya fotoiopimu. Tapi ayah bunda lebih suka main handphone, aku hanya ingin membaca.
5. Tolong jangan anggap aku anak kecil lagi, karena tiap hari umurku kian bertambah dan buku yang aku baca pun makin banyak.