Lihat ke Halaman Asli

Syarif Yunus

TERVERIFIKASI

Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Apa yang Dipelajari dari Masa Lalu di Taman Bacaan?

Diperbarui: 16 Oktober 2024   06:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: TBM Lentera Pustaka

Tujuh tahun lalu, saat TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak didirikan, ada orang yang pesimis. Apa bisa bertahan tempat membaca seperti taman bacaan? Apalagi di tengah era digital kayak sekarang. Wajar, akhirnya banyak orang yang apatis dan tidak perduli terhadap taman bacaan.

Baru satu tahun berjalan, jumlah anak yang membaca pun pertambahannya sedikit. Dari 14 anak jadi 26 anak. Bingung, gimana harusnya taman bacaan bertindak? Programnya garing, akhirnya bikinlah yel-yel salam literasi, senam literasi, hingga doa literasi. Sebagai improvisasi untuk menghibur pengabdian yang "sepi" di taman bacaan.

Alhamdulillah, setelah 7 tahun berjalan, TBM Lentera Pustaka berkembang pesat. Segudang prestasi sudah ditorehkan. Mulai dari Ramadhan Heroes Tonight Show 2021, 31 Wonderfull People Guardian Indonesia 2021, Jagoan RTV 2021, termasuk penerima program Kampung Literasi PMPK Kemdikbud 2021 dan Banpem Komunitas Penggerak Literasi tahun 2024 dari Badan Bahasa Kemdikbud RI. Tidak kurang dari 200 anak tergabung di TBM Lentera Pustaka, dengan 15 program literasi seperti TABA, KEPRA, GEBERBURA, YABI, JOMBI, MOBAKE dan lainnya. Beroperasi setiap hari (kecuali Senin) di bawah bimbingan 6 wali baca dan 12 relawan TBM Lentera Pustaka. Begitulah perjalanan sebuah taman bacaan.

Apa pesannya? Jangan tutup masa lalu. Apapun dan di mana pun, belajarlah dari masa lalu. Kerena masa depan pun perlu pengalaman, butuh pelajaran. Asal jangan pernah hidup di masa lalu. Agar bisa terus melaju dan mau berkreasi untuk memperbaiki diri. 

Masa lalu itu bukan untuk diratapi. Tapi untuk diambil hikmahnya, dimaknai perjalanannya. Untuk menatap masa depan yang lebih baik. Hari dan esok, justru yang jadi penentu. Mau bertindak cerdas dan berpikir positif atau tidak? Semuanya tergantung menyikapi masa lalu.

Mau ke mana esok dan mau apa yang akan datang? Jangan terbuai apalagi terlena keadaan. Berpikir jauh ke depan. Karena sehebat apapun kemarin dan hari ini, sekeren apapun omongan dan semewah apapun kehidupan kita. Sebanyak apapun harta yang dimiliki tidak akan menjamin kehidupan yang lebih baik di masa depan. Keluarlah dari zona nyaman. Untuk tetap komitmen dan konsisten berbuat baik dan menebar manfaat kepada orang lain. Seperti mengabdi di taman bacaan.

Masa lalu sudah berlalu. Kita hidup hari ini untuk mempersiapkan esok. Jangan membandingkan diri dengan orang lain. Karena kunci kemajuan itu justru terletak pada diri kita sendiri. Bandingkan apa yang telah kita lakukan dengan apa yang seharusnya kita lakukan.

Jadi, lakukan terus yang baik dan bermanfaat di manapun. Biarkan orang lain meremehkan, tapi jangan biarkan diri kita meremehkan diri sendiri. Dan ingat, mereka buka lah tanggung jawab kita. Salam literasi #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #BacaBukanMaen

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline